3 Teori Pusat Pertumbuhan Penduduk dan Contoh

Halo sobat kali ini kita akan membahas 3 Teori Pusat Pertumbuhan Penduduk yang ada dalam pelajaran geografi kelas XII hingga kita dapat mengetahui bagaimana suatu wilayah menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan kebudayaan manusia.

Teori tempat-pusat pertumbuhan atau Central place Theory mencoba untuk menggambarkan bagaimana pemukiman terletak dalam hubungan satu sama lain, meski begitu pada kenyataannya dalam geografi juga terdapat teori heterogenitas yaitu segala sesuatu di muka bumi serba lain. Maksudnya hal yang terjadi di suatu tempat belum tentu terjadi di tempat lain.

Dengan Demikian pertumbuhan wilayah diberbagai wilayah tidak akan tumbuh bersama-sama. Maksudnya ada suatu wilayah yang berkembang pesat dan maju lebih cepat dari yang lain. Wilayah inilah yang dikatakan sebagai pusat pertumbuhan.

Nah untuk mengetahui lebih banyak tentang pusat pertumbuhan mari kita simak 3 teori pusat pertumbuhan berikut ini.

3 Teori Pusat Pertumbuhan Penduduk dan Contoh
Teori pusat pertumbuhan penduduk
Town Square NYC yang Padat

Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)

Orang yang pertama kali mengemukakan tentang teori ini adalah seorang seorang ahli geografi berkebangsaan Jerman bernama Walter Christaller pada tahun 1933.

Central Place Theory berusaha menjelaskan hubungan ekonomi kota dengan pemukiman yang lebih kecil. Teori ini berusaha untuk menjelaskan mengapa kota terletak secara geografis dan bagaimana kota dapat melayani pemukiman kecil di sekitarnya dengan barang dan jasa.

Teori ini menyebutkan bahwa terdapat sebuah konsep yang disebut jangkauan (range) dan ambang (Threshold). Range adalah jarak yang perlu ditempuh manusia untuk mendapatkan barang kebutuhannya pada suatu waktu tertentu saja sedangkan threshold adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan keseimbangan suplai barang.

Teori Central Place ini mengasumsikan suatu wilayah pada suatu wilayah datar yang luas dihuni oleh sejumlah penduduk yang homogen dengan kondisi yang merata.

Hingga untuk memenuhi kebutuhannya, penduduk memerlukan berbagai jenis barang dan jasa, seperti makanan, minuman, perlengkapan rumah tangga, pelayanan pendidikan, dan pelayanan kesehatan.

Untuk memperoleh kebutuhan tersebut penduduk harus menempuh jarak tertentu dari rumahnya yang disebut range.

Barang kebutuhan yang memiliki risiko kerugian besar karena jenis barang atau jasa yang dijual berupa barang – barang mewah disebut threshold tinggi. Contohnya misalnya, kendaraan bermotor, perhiasan sebagainya sedangkan barang mudah disebut threshold rendah.

Central Place Theory dapat divisualisasikan sebagai pola segi enam dan jaringan yang terbentuk saat mengatur susunan tatanan permukiman yang berbeda.

Hingga Pada dataran yang datar dan homogen dalam hal persebaran penduduk, kesuburan tanah, dan sistem transportasi, permukiman tingkat bawah (desa dan dusun) membentuk pola segi enam di sekitar permukiman tingkat menengah (kota) yang pada gilirannya membentuk segi enam di sekitar permukiman tingkat tinggi (kota).

images 1 min
Sumber : https://www.geographyrealm.com

Dari bentuk kebutuhan dan pelayanan di atas maka muncul istilah tempat sentral (Central Place Theory), yaitu lokasi yang senantiasa melayani berbagai kebutuhan penduduk dan terletak pada suatu tempat yang terpusat (sentral).

Tempat ini memungkinkan partisipasi manusia dalam jumlah besar baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang dan pelayanan yang dihasilkannya.

Dalam kenyataannya daerah pusat tersebut dapat berupa apa saja loh sobat. Bisa saja kota-kota besar, pusat perbelanjaan besar atau mal, supermarket, pasar, rumah sakit, sekolah elit, kampus perguruan tinggi, ibukota provinsi, atau kota kabupaten yang masing – masing memiliki daya tarik tersendiri yang membuat penduduk ingin tinggal di sekitarnya dengan daya jangkau yang berbeda.

3 Hirarki Tempat Central dan Komplementer

Tempat sentral dan daerah yang dipengaruhi olehnya atau kita sebut komplementer. Dapat kita bedakan menjadi tiga macam,

  • hirarki 3 (K = 3),
  • hirarki 4 (K = 4),
  • hirarki 7 (K = 7).

Hirarki K=3

Hirarki K = 3, merupakan pusat pelayanan berupa sebuah pasar yang menjadi penyedia bagi daerah sekitarnya, sering disebut kasus pasar optimal.

Wilayah ini selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi sepertiga bagian dari masing-masing wilayah tetangganya.

Hirarki K = 4

Hirarki K = 4, yaitu wilayah yang terpengaruh karena jalur lalu lintas yang paling efisien. Tempat sentral ini disebut pula situasi lalu lintas yang optimal.

Situasi lalu lintas yang optimum ini memiliki pengaruh setengah bagian di masing – masing wilayah sekitarnya.

Hirarki K = 7

Hirarki K = 7, yaitu wilayah ini selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi seluruh bagian (satu bagian) masing-masing wilayah tetangganya.

Wilayah ini disebut juga situasi administratif yang optimum. Situasi administratif yang dimaksud dapat berupa kota pusat pemerintahan. Pengaruh tempat yang sentral dapat diukur berdasarkan hirarki tertentu, dan bergantung pada luasan berbentuk heksagonal yang dilingkupinya.

Contoh dari Central Place Theory :

  • Kota Jakarta yang mempengaruhi Jabodetabek.
  • Kota Bandung yang mempengaruhi daerah Lembang, Cimahi dan sekitarnya.

Baca juga : Konstruksi Realitas Sosial adalah.

Sector Theory Hoyt (Teori Sektor Hoyt).

model Hoyt
Sumber : Planningtank.com

Holmer Hoyt, seorang pakar ekonomi asal Amerika Serikat mengemukakan sebuah teori yang disebut teori sektor atau Sector Theory atau Sector Model pada tahun 1939.

Menurut Hoyt, struktur ruang kota dapat berkembang pesat berdasarkan sektor-sektor dari pada berdasarkan lingkaran-lingkaran yang terkonsentrasi.

PDK (Pusat Daerah Kegiatan) atau CBD (Central Business District) terletak di pusat kota, namun pada bagian lainnya berkembang menurut saktor-sektor yang bentuknya seperti kue bolu.

Hal ini dapat terjadi akibat dari faktor geografi, seperti bentuk lahan dan pengembangan jalan sebagai sarana komunikasi dan transportasi.

Susunan Kota Model Hoyt

Menurut Model Hoyt, susunan kota yang baik berupa :

  • Central Business District (CBD) atau pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pasar swalayan.
  • Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan.
  • Sektor buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum buruh.
  • Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madyawisma.
  • Sektor kawasan tempat tinggal golongan atas yang terdiri dari para eksekutif dan pejabat atau adiwisma

Contoh kota : beberapa kota yanh menggunakan Model Hoyt terdapat di beberapa kota di Inggris (seperti kota London yang memiliki finansial sektor dan lain sebagainya) kota Mönchengladbach di Jerman dan kota Chicago di Amerika Serikat dilansir oleh Albert.io, beberapa kota tersebut memiliki pelayanan transportasi publik yang cukup bagus.

Teori Kutub Pertumbuhan Perroux (Growth Poles Theory)

Growth Pole Theory Perroux atau Teori Kutub Pertumbuhan Perroux dikemukakan oleh François Perroux pada 1955.

Perroux menyatakan bahwa pembangunan kota atau wilayah bukan merupakan suatu proses yang terjadi secara serentak, tetapi muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda-beda.

Tempat-tempat atau kawasan yang menjadi pusat pembangunan tersebut dinamakan pusat pertumbuhan (Central) atau kutub-kutub pertumbuhan (growth pole). Dari kutub-kutub inilah, proses pembangunan akan menyebar ke wilayah-wilayah lain disekitar.

Dari kutub-kutub tersebut selanjutnya proses pembangunan akan menyebar ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya atau ke pusat-pusat yang lebih rendah.

Growth pole ini biasanya mengacu pada konsentrasi industri yang sangat inovatif dan maju secara teknis yang merangsang pembangunan ekonomi dalam bisnis dan industri terkait.

Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan investasi pada satu kota tertentu yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan aktivitas kota. Dengan demikian akan semakin lebih banyak lagi penduduk yang terlibat dan pada akhirnya semakin banyak barang dan jasa yang dibutuhkan.

Namun demikian, konsep ini kurang menunjukkan keberhasilan yang berarti, karena awalnya dapat menguntungkan Desa dan kota. Tapi hanya menguntungkan daerah perkotaan saja. karena dampak backwash effect lebih besar daripada spread effect sehingga pengurasan sumber daya desa atau hitherland oleh pusat menjadi sangat menonjol dan mendorong ketimpangan yang makin lebar.

Baca juga : antropologi adalah

Dan itulah kawan 3 Teori Pusat Perkembangan Penduduk semoga informasi ini bermanfaat untuk kamu. Sampai jumpa di Pembahasan materi menarik lainnya hanya di ilmusaku.com

Please follow and like us:
icon Follow en US
Pin Share
       
           

Penulis di ilmusaku.com dan juga seorang guru di sekolah menengah swasta di kota Bandung, yang mengajarkan pelajaran Seni, Sejarah Indonesia dan T.I.K