8 Jenis Aliran Pendidikan Klasik, Guru Harus Tahu!

Halo sobat, kali ini kita akan membahas tentang 4 jenis aliran pendidikan klasik dalam dunia pendidikan. Aliran – aliran ini memiliki pengaruh terhadap cara sistem pendidikan di Indonesia.

Tahukah kamu ? Jika pemikiran – pemikiran tentang pendidikan telah dimulai sejak zaman Yunani kuno dengan tambahan kontribusi dari berbagai negara lalu berkembang sampai sekarang.

Aliran – aliran klasik seperti aliran empiris, nativisme, naturalisme dan konvergensi merupakan sebuah benang merah yang menyambungkan pemikiran masa lalu, kini dan aliran modern.

Jadi untuk mengetahui lebih banyak tentang aliran pendidikan klasik ini, mari kita simak penjelasannya berikut ini.

8 Jenis Aliran Pendidikan Klasik, Guru Harus Tahu!

Aliran Empiris

Aliran Pendidikan klasik yang pertama adalah Aliran Pendidikan Empiris berawal dari Lockean Tradition yang mementingkan simulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan seorang anak bergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan si anak itu tidak penting.

Menurut aliran ini, guru atau pendidik adalah faktor luar yang memegang peranan sangat penting, dalam menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan lingkungan dan kehidupan seharian – hari memberikan stimulan – stimulan dalam tumbuh kembang anak.

Pengalaman – pengalaman yang diperoleh anak tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

Tokoh yang berperan penting dalam teori ini adalah John Locke (1932-1704) seorang filsuf asal Inggris yang mengembangkan teori “Tabula Rasa” dan menganggap anak bagaikan kertas putih buang bersih.

Tabula rasa adalah pandangan epistemologi yang mengatakan bahwa seorang manusia lahir tanpa isi mental bawaan, dengan kata lain “kosong” dan bersih dan dapat dikendalikan.

Kelemahan aliran ini adalah menganggap anak sebagai kertas kosong yang bisa dimanipulasi dan juga hanya mementingkan pengalaman. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dikesampingkan. Sehingga, anak yang berbakat dan memiliki lingkungan tidak mendukung tak dapat berkembang.

Kenyataan banyak anak – anak yang kurang beruntung di lingkungan tidak mendukung padahal memiliki bakat yang luar biasa.

Baca Juga : Jenis Teori Belajar

Aliran Pendidikan Nativisme (Aliran Nativisme)

Aliran Nativisme berawal dari Tradisi Leibnitzian yang menekankan kemampuan dari dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan (seperti pendidikan) dianggap tidak penting dalam perkembangan anak.

Menurut Pandangan ini, Anak tumbuh dikarenakan oleh pembawaan (bakat, talenta) yang sudah dimilikinya sejak lahir dan lingkungan kurang memiliki pengaruh terhadap pendidikan anak. Oleh karena itu Anak akan tumbuh berdasarkan bakat yang dimiliki sejak lahir.

Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat dari lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik, ia akan menjadi baik. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat maka dianggap tidak akan berguna bagi perkembangan anak.

Menurut aliran ini, terdapat suatu dalam diri individu suatu “inti” yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan menempatkan manusia sebagai makhluk yang aktif dan memiliki kemauan bebas.

Jadi Meskipun Pandangan ini mengakui pentingnya belajar, namun pengalaman dalam belajar, persepsi atau penerimaan seseorang banyak ditentukan oleh kemampuan si anak terhadap pemberian makna kepada yang dialaminya.

Intinya, pandangan Nativisme ini mengakui tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia.

Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhauer. la adalah filosof Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880.

Aliran Naturalisme

images 13 min
Sumber : unsplash.com

Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir ke dunia baik, namun akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan. Aliran Naturalisme sering disebut sebagai aliran Negativisme karena berpendapat pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada lingkungan. Sehingga dianggap pendidikan itu tidak di perlukan.

Menurut M. Arifin dan Aminuddin R (1992: 9) Aliran naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran yaitu :

  • Anak didik belajar berdasarkan pengalamannya. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya secara alami.
  • Pendidik berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang menyenangkan.
  • Program pendidikan sekolah harus menunjang dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik.

Tokoh aliran ini adalah J.J. Rousseau. la adalah filosof Prancis yang hidup tahun 1712-1778. Rousseau ingin menjauhkan pengaruh lingkungan yang dianggap artifisial dan membebaskan anak untuk mengembangkan bakatnya sendiri.

Baca juga : Contoh Model Pembelajaran.

Aliran Pendidikan Konvergensi

Aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, faktor pembawaan (bakat) dan faktor Lingkungan memiliki pengaruh yang sama pentingnya.

Bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang tanpa lingkungan pendidikan yang baik untuk tumbuh berkembangnya bakat tersebut dan Sebaliknya, lingkungan yang baik pun akan sulit menghasilkan mengembangkan bakat anak secara optimal jika tidak didukung oleh keinginan anak itu sendiri.

Tokoh aliran Konvergensi adalah pendidik asal Jerman bernama William Stem (1871-1939) William Stem berpendapat bahwa hasil pendidikan anak tergantung dari bakat dan lingkungannya.

Aliran Progresivisme

Aliran ini memandang bahwa anak sudah memiliki akal dan kecerdasan. Karena manusia mempunyai kelebihan jika dibanding makhluk lain. Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif untuk menghadapi dan memecahkan masalah.

Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya. Peserta didik tidak hanya dinilai secara kesatuan jasmani dan rohani, namun juga hasil manifestasi tingkah laku dan perbuatan.

Tokoh aliran Progresivisme adalah John Dewey yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan yang untuk dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat tekanan, ataupun masalah yang mengancam dirinya.

Aliran Esensialisme

Aliran Esensialisme merupakan aliran pendidikan yang mengembalikan ke kebudayaan-kebudayaan lama sebagi warisan sejarah yang telah membuktikan keunggulannya dalam kebaikan-kebaikan di kehidupan manusia.

Humanisme adalah dasar dari esensialisme. Karena menurut mereka, humanisme merupakan pandangan yang memberikan reaksi terhadap kebudayaan selain itu juga dipengaruhi oleh idealisme dan realisme, keduanya bersifat eklektik. Artinya, dua aliran tersebut bertemu sebagai pendukung

esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan sumbernya dan terbukti memiliki nilai yang berguna bagi kemanusiaan.

Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup, sehingga dapat mencapai kebahagiaan.

Tujuan aliran esensialisme ini adalah membentuk seseorang menjadi pribadi yang berguna dan berkompeten, isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan.

Aliran Perenialisme

Perenialisme berasal dari kata perennial diartikan sebagai continuing throughout the whole year atau atau bisa diartikan pula abadi atau kekal dan dapat berarti pula tiada akhir.

Aliran ini menganalogi realitas sosial budaya manusia, seperti realita sepohon bunga yang terus menerus mekar dari musim ke musim,datang dan pergi, berubah warna secara tetap sepanjang masa, dengan gejala yang terus ada dan sama.

Karena esensi aliran ini berupaya menerapkan nilai-nilai atau normanorma yang bersifat kekal dan abadi yang selalu seperti itu sepanjang sejarah manusia, maka prenialisme dianggap sebagai suatu aliran yang ingin kembali atau mundur kepada nilai-nilai keudayaan masa lampau.

Aliran Perenialisme memandang pendidikan itu sebagai jalan kembali. sebagai suatu proses mengembalikan kebudayaan sekarang (zaman modern) terutama pendidikan zaman sekarang ini perlu dikembalikan ke masa lampau.

Perenialisme memandang pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.

Aliran Konstruktivisme

aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang; melalui pengalaman yang diterima lewat panca indra.

Aliran ini menolak adanya pemberian atau transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain. dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa dipindahkan.

Mereka lebih menganggap jika pembelajaran adalah untuk menggali pengalaman yang dapat digunakan untuk tumbuh dan berkembang.

Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Giambatista Vico, yang menyebut jika Manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang dikonstruksikan Tuhan dan pengetahuan hanyalah struktur konsep yang dibentuk. Pengetahuan tidak bisa lepas dari subjek yang mengetahui (Tuhan).

Aliran ini mulai berkembang oleh Jean Piaget. Melalui teori perkembangan kognitif, menurut Piaget pengetahuan merupakan interaksi kontinu antara individu satu dengan lingkungannya.

Menurut Piaget, mengerti adalah proses adaptasi intelektual antara pengalaman dan ide baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, sehingga dapat terbentuk pengertian baru.

Piaget juga berpendapat bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh tiga proses dasar, yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.

Asimilasi adalah perpaduan data baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru, dan ekuilibrasi adalah penyesuaian kembali secara terus-menerus antara asimilasi dan akomodasi.

Baca juga : Metode Pembelajaran Kurikulum 2013.

Dan itulah kawan Aliran Pendidikan klasik semoga informasi ini bermanfaat untuk kamu. Sampai jumpa di Pembahasan materi menarik lainnya hanya di ilmusaku.com

Please follow and like us:
icon Follow en US
Pin Share
       
           

Penulis di ilmusaku.com dan juga seorang guru di sekolah menengah swasta di kota Bandung, yang mengajarkan pelajaran Seni, Sejarah Indonesia dan T.I.K