Dongeng Asal Gorontalo, Legenda Danau Limboto

Halo sobat kali ini kita akan membahas tentang Dongeng Asal Gorontalo, Legenda Danau Limboto. Danau Limboto atau Bulalu Limboto adalah sebuah danau yang berada di daerah Limboto di Provinsi Gorontalo.

Menurut warga sekitar Danau ini disebut sebagai Bulalo lo limu o tutu atau jeruk yang berasal dari Kahyangan. Danau memiliki banyak sekali legenda dan menjadi sumber mata pencaharian penduduk sekitar.

tetapi sayang sejak 2019, kondisinya semakin memburuk dikarenakan perubahan lingkungan, iklim dan kerusakan yang dibuat manusia, dilansir oleh kompas.com (2021) pemerintah melalui program penyelamatan danau prioritas sedang melakukan upaya penyelamatan danau.

Meski begitu Danau dari Jeruk kayangan ini memiliki cerita yang sangat menarik untuk disimak. Menjadi dongeng Asal Gorontalo yang wajib untuk diketahui.

Dongeng Asal Gorontalo, Legenda Danau Limboto

Dongeng asal Gorontalo, legenda danau Limboto
Danau Limboto (Sumber : kompas.com)

Dahulu kala sebelum daerah Limboto seperti yang kita ketahui sekarang. merupakan bagian dari laut yang luas. Di tengahnya terdapat dua buah gunung yang tinggi, yaitu Gunung Boliohuto dan Gunung Tilongkabila.

Kedua gunung tersebut biasa dijadikan oleh para pelaut sebagai petunjuk arah untuk memasuki daerah Gorontalo melalui jalur laut. Gunung Bilohuto menunjukkan barat, sebaliknya Gunung Tilongkabila menunjukkan ke arah timur.

Hingga suatu saat lautan yang luas itu mengering, dan menjadi sebuah daratan yang luas. Beberapa tahun berlalu daratan itu mulai di tumbuhi oleh berbagai macam tanaman hingga menjadi hutan yang sangat lebat.

Di tengah hutan itu muncullah sebuah mata air nan jernih dan dingin. Mata air ini tidak terjamah oleh manusia, tapi ramai dikunjungi oleh bidadari dari kayangan untuk mandi. Mata air ini dinamakan Tupalo.

Baca juga : 3 Dongeng anak populer

ilustrasi min
Bidadari kahyangan

Pada suatu hari, ketika ketujuh bidadari tersebut sedang asyik mandi dan bersendau gurau di sekitar mata air Tupalo tersebut, seorang pemuda tampan bernama Jilumoto melintas di tempat itu.

Jilumoto sendiri artinya “seseorang yang menjelma menjadi manusia” karena konon dia berasal juga dari kahyangan.

Jilumoto segera bersembunyi di balik sebuah pohon besar. Dari balik pohon itu, ia memerhatikan ketujuh bidadari yang sedang asyik mandi sampai matanya tidak berkedip sedikitpun.

Jilumoto yang terpesona saat menyaksikan para bidadari yang tengah mandi. Mengambil sayap yang di ditinggalkan oleh bidadari saat mereka mandi. Sayap tersebut adalah yang mereka gunakan untuk naik kembali ke kahyangan.

Sayap yang di sembunyikan oleh Jilumoto itu milik seorang bidadari paling tua di antara bidadari lainnya bernama Mbui Bungale.

Ketika hari menjelang sore, ketujuh bidadari tersebut selesai mandi dan bersiap-siap untuk pulang ke Kahyangan. Setelah memakai kembali sayap masing-masing, mereka pun bersiap-siap terbang ke angkasa.

Tapi ada seseorang Bidadari yang tidak bisa kembali ke kahyangan.Saat mengetahui bahwa sayapnya hilang, Mbui Bungale menangis. Karena dia tak bisa kembali lagi ke kahyangan bersama teman – temannya.

Ketika Mbui Bungale menangis keluarlah Jilumoto yang berpura – pura peduli terhadapnya. Dia lalu memperkenalkan diri pada gadis itu, dan mengajaknya untuk hidup dan menikah dengannya di bumi.

Bidadari yang malang karena tidak bisa kembali ke kahyangan, lalu bersedia menikah dengan Jilumoto. Setelah menikah, mereka memutuskan untuk tinggal bersama di bumi.

Mereka kemudian memutuskan tuk mencari tempat tinggal dan lahan tuk bercocok tanam. Akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal di sebuah bukit yang diberi nama Huntu lo Ti’opo atau “bukit kapas”.

Disana mereka hidup bahagia dengan membuat membuka lahan dan bercocok tanam. menanam berbagai macam jenis tanaman yang dapat dimakan.

Baca juga : Legenda Putri Mandalika.

Pada suatu hari, Mbu`i Bungali mendapat kiriman Bimelula, yaitu sebuah mustika sebesar telur itik dari keluarga Kahyangan. Bimelula itu ia simpan di dekat mata air Tupalo tempat dia mandi dan menutupinya dengan sehelai tolu (tudung).

Tak berapa lama, datanglah empat orang pelancong yang berasal dari Timur di mata air Tupalo. Mereka tersesat dan tergiur oleh mata air nan jernih dan dingin, mereka pun segera berendam, saat itulah mereka melihat sebuah tudung terapung-apung di atas air.

“Hai, kawan-kawan! Lihatlah ada tudung yang terapung di air?” ucap salah seorang dari mereka.

Mereka penasaran dan berusaha mengambilnya. Tapi tiba – tiba cuaca berubah mendung dan muncul hujan dan badai. Dunia menjadi gelap gulita, lalu dengan sekuat tenaga mereka berusaha keluar dari sana dan mencari tempat aman.

Keempat pelancong itu pun berlarian mencari perlindungan agar terhindar dari marabahaya. Untungnya, badai dan angin topan tersebut tidak berlangsung lama, sehingga mereka dapat selamat.

Mereka pun kembali ke tempat mata air Tulado, disana mereka menemukan tudung tersebut masih terapung disana. Mereka yang penasaran langsung kembali mencoba mengambil tudung tersebut. Tapi kali ini mereka meludahi tutupnya terlebih dahulu agar badai tidak kembali terjadi.

Betapa kagetnya mereka saat mengetahui jika di dalam bungkusan tersebut terdapat sebuah Mustika Bimelula. Tapi saat mereka akan mengambil mustika tersebut muncullah Mbu`i Bungali dan suaminya Jilumoto.

“Jangan sentuh mustika itu! Itu milik kami” pinta Mbu`i Bungale.

” Siapa kalian, kami yang menemukan tempat ini terlebih dahulu, jadi ini milik kami.” Ucap pemimpin dari pelancong tersebut. ” Dan juga lihatlah sepah pinang di atas tudung inilah buktinya,” jawab salah seorang pelancong itu.

” Namaku Mbu`i Bungale dan ini, Suamiku Jilumoto tinggal disini dan Kami adalah pemilik tudung itu.” Ucap Mbu`i Bungale. “Jika kalian benar pemilik tudung, cobalah buat mata air membesar. Karena Kawasan mata air ini diturunkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa kepada orang-orang yang suka berbudi baik antarsesama makhluk di dunia ini. Bukan diberikan kepada orang-orang tamak dan rakus seperti kalian.”

Merasa tidak terima, pemimpin pelancong tersebut lalu segera membaca mantra dan mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk membuat mata air itu membesar. Tapi mata air itu tetap tak bergeming. teman – temannya pun ikut membantu dengan kekuatan mereka, tapi tidak ada hasil yang di dapat.

Melihat mereka kesulitan dan bercucuran keringat, Mbu`i Bungale kembali menantang mereka. Tak terima dengan ucapan Mbu`i Bungale, Pemimpin itu menantangnya untuk mencoba memperbesar mata air itu.

“Baiklah, jika itu mau kalian. Ketahuilah bahwa Tuhan akan menolong hambanya yang benar,” ujar jawab Mbu`i Bungale dengan penuh keyakinan. Dia pun langsung merapatkan mantra.

Benar saja, mata air yang tadinya tenang menjadi membesar dan meluap. Hal ini membuat para pelancong itu ketakutan dan naik ke atas pohon. Sambil memohon mereka pun meminta agar Mbu`i Bungale berhenti.

“Ampun Mbu`i Bungale! Kami mengaku salah.” teriak si pemimpin.

Mbu`i Bungale bukanlah seorang bidadari yang jahat. Dia pun memohon kepada Tuhan agar mengembalikan mata air itu seperti semula, dan tidak menenggelamkan keempat pelancong tersebut.

Tak berapa lama kemudian, semburan air pada mata air Tupalo kembali seperti semula. Mereka pun turun dari pohon dan berlari terbirit-birit setelah meminta ampun dari kedua suami istri tersebut.

Mbu`i Bungale segera mengambil tudung dan mustika Bimelula. Ajaibnya, ketika ia mengambil mustika itu. tiba-tiba mustika yang seperti telur itu menetas dan muncullah bayi perempuan yang berdaya seperti rembulan.

Mbu`i Bungale pun memberinya nama Tolango Hula, diambil dari kata Tilango lo Hulalo yang berarti cahaya bulan. Setelah itu Mbui Bungale melihat kembali kembali ke danau, di sana dilihatnya lima biji buah jeruk terapung-apung di air.

Dia lalu membuka jeruk itu dan memakannya, dia terkejut mengetahui jeruk tersebut memiliki rasa seperti buah jeruk di kahyangan.

” Kanda, cobalah makan buah ini.” panggilnya pada suaminya Jilumoto, ” bukankah rasanya seperti buah dari kahyangan ? “

“Benar dinda, buah ini seperti buah yang kita temukan di kahyangan.” Ucap Jilumoto.

Setelah beberapa saat mencari dan memeriksa, akhirnya Mbu`i Bungale menemukan beberapa pohon jeruk yang sedang berbuah lebat di sekitar sungai. Saat itu dia sadar jika jeruk dan anak perempuan itu adalah hadiah dari Tuhan yang maha kuasa.

Sejak saat itu, Mbu`i Bungale dan suaminya menamakan danau itu Bulalo lo limu o tutu atau Danau Limboto. Selain itu bayi perempuan yang mereka temukan itu konon kelak akan menjadi raja Raja Limboto yang bernama Tolango Hula.

Baca juga : Legenda Pesut Mahakam.

Dan itulah kawan Cerita tentang Dongeng asal Gorontalo, yang berjudul Legenda Danau Limboto. Semoga informasi ini bermanfaat untuk kamu. Sampai jumpa di Pembahasan materi menarik lainnya.

Please follow and like us:
icon Follow en US
Pin Share
       
           

Penulis di ilmusaku.com dan juga seorang guru di sekolah menengah swasta di kota Bandung, yang mengajarkan pelajaran Seni, Sejarah Indonesia dan T.I.K