Halo sobat kali ini saya akan membahas tentang Eksistensialisme adalah Tujuan dalam Hidup, sebuah Filosofi Kontemporer yang mempertanyakan tujuan hidup manusia di dunia.
Meski beberapa aspek teori eksistensialisme telah dikritik, pandangan ini terus mempengaruhi banyak bidang, termasuk psikologi, sastra, dan seni.
Eksistensialisme adalah

Eksistensialisme adalah suatu aliran pemikiran filosofis yang menekankan pada pengalaman individu dan kebebasannya dalam menciptakan arti dan tujuan hidupnya sendiri.
Eksistensialisme menekankan pada pentingnya keberadaan individu sebagai entitas yang merdeka dan bertanggung jawab atas pilihan hidupnya, serta menolak pandangan bahwa keberadaan manusia telah ditentukan sebelumnya oleh kekuatan ilahi atau alam.
Eksistensialisme juga menekankan pada pentingnya menghadapi kenyataan kehidupan yang kadang-kadang menyakitkan, serta mengeksplorasi perasaan cemas dan ketidakpastian yang muncul ketika kita menyadari bahwa hidup tidak memiliki tujuan yang tetap dan pasti.
Beberapa tokoh eksistensialisme yang terkenal antara lain Søren Kierkegaard, Friedrich Nietzsche, Martin Heidegger, Jean-Paul Sartre, dan Simone de Beauvoir.
3 Prinsip Inti Eksistensialisme
3 prinsip inti Eksistensialisme yang muncul sebagai pusat filsafat eksistensialis: fenomenologi, kebebasan, dan otentisitas .
Fenomenologi.
Fenomenologi adalah sebuah metode filosofis yang dikembangkan oleh Edmund Husserl yang menekankan pada penjelasan tentang bagaimana manusia mengalami dunia.
Dalam eksistensialisme, fenomenologi dipakai untuk mempelajari pengalaman hidup manusia dan bagaimana manusia menafsirkan makna dan nilai dari pengalaman tersebut.
Kebebasan.
Prinsip kebebasan adalah salah satu prinsip inti dalam eksistensialisme. Eksistensialis menekankan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan bebas dan terbuka, namun juga harus menerima tanggung jawab atas pilihan dan tindakan mereka.
Manusia dianggap bertanggung jawab untuk menentukan makna hidup mereka sendiri, dan harus menerima konsekuensi dari pilihan-pilihan tersebut.
Otentisitas.
Otentisitas atau authenticitas dalam eksistensialisme mengacu pada kemampuan manusia untuk hidup secara konsisten dengan nilai-nilai yang dianggap penting bagi diri mereka sendiri.
Hal ini melibatkan kemampuan untuk menentukan nilai-nilai yang benar-benar berarti bagi diri sendiri, dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai tersebut tanpa takut diremehkan atau ditolak oleh masyarakat atau budaya.
3 prinsip Eksistensialisme ini saling terkait dan saling mempengaruhi dalam pemikiran eksistensialisme, di mana pengalaman manusia, kebebasan, dan otentisitas menjadi inti dari makna eksistensi manusia.
4 Pilar Eksistensialisme.

Terdapat 4 pilar eksistensialisme atau tema sentral dalam pemikiran eksistensialisme yang sering diidentifikasi sebagai kematian, makna, isolasi, dan kebebasan.
Berikut adalah penjelasan singkat mengenai masing-masing pilar tersebut:
Kematian
Eksistensialisme menekankan bahwa kematian adalah bagian dari keberadaan manusia dan bahwa kesadaran akan kematian harus dihadapi. Kesadaran akan kematian membawa manusia pada pemikiran tentang makna hidup dan menjadi pemicu untuk mencari arti hidup yang sebenarnya.
Makna.
Konsep makna dalam eksistensialisme mengacu pada fakta bahwa manusia mencari arti dalam hidup mereka. Namun, arti hidup ini tidaklah ditentukan oleh keadaan atau kondisi eksternal, melainkan oleh pilihan-pilihan yang dibuat oleh individu.
Isolasi.
Konsep isolasi dalam eksistensialisme mengacu pada pengalaman kesepian atau kekosongan yang dialami oleh manusia ketika mereka menyadari bahwa mereka berdiri sendiri sebagai individu yang terpisah dari orang lain.
Isolasi adalah suatu keadaan yang dapat menghasilkan kecemasan atau kegelisahan, namun juga menjadi faktor penting yang memungkinkan manusia untuk menemukan makna hidupnya sendiri.
Kebebasan.
Prinsip kebebasan juga menjadi pilar eksistensialisme. Eksistensialis menekankan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan bebas dan terbuka, namun juga harus menerima tanggung jawab atas pilihan dan tindakan mereka.
Manusia dianggap bertanggung jawab untuk menentukan makna hidup mereka sendiri, dan harus menerima konsekuensi dari pilihan-pilihan tersebut.
Sejarah Eksistensialisme.

Eksistensialisme muncul pada abad ke-19 dan 20 sebagai sebuah gerakan filosofis yang berfokus pada pentingnya keberadaan manusia dan pencarian arti hidup.
Sejarah eksistensialisme meliputi beberapa peristiwa dan pemikir yang mempengaruhi perkembangan teori eksistensialisme.
Pada awal abad ke-19, filsuf Jerman Friedrich Nietzsche menekankan pentingnya kebebasan individu dan meragukan keabsahan nilai-nilai tradisional, seperti moralitas dan agama.
Pemikir Denmark, Søren Kierkegaard, juga menjadi tokoh penting dalam sejarah eksistensialisme. Ia menekankan kebebasan manusia untuk memilih dan menciptakan arti hidupnya sendiri, serta menolak kesepakatan umum dalam keyakinan agama dan filsafat.
Pada tahun 20-an dan 30-an, filsuf eksistensialisme seperti Martin Heidegger dan Jean-Paul Sartre memperluas konsep eksistensialisme.
Heidegger menekankan keberadaan manusia dan pencarian makna hidup melalui pengalaman eksistensial yang unik, sedangkan Sartre menekankan pentingnya kebebasan individu dan menolak ide determinisme.
Selain itu, peristiwa-peristiwa seperti Perang Dunia I dan II juga mempengaruhi perkembangan eksistensialisme.
Penderitaan dan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh perang membantu memperkuat pandangan eksistensialisme bahwa manusia hidup dalam keadaan yang terbatas dan tidak pasti, serta bahwa manusia harus menciptakan arti hidupnya sendiri.
Pada akhirnya, eksistensialisme menjadi gerakan filsafat yang populer di Eropa dan Amerika pada abad ke-20.
Eksistensialisme Nietzsche
Friedrich Nietzsche adalah seorang filsuf Jerman yang sangat berpengaruh dalam sejarah pemikiran Barat dan juga dianggap sebagai tokoh eksistensialisme.
Pemikiran Nietzsche menekankan bahwa manusia harus menghadapi realitas eksistensi mereka sendiri dan menemukan makna hidup melalui pengalaman individual.
Nietzsche menolak pandangan bahwa kebenaran dan nilai-nilai moral dapat diukur atau dijelaskan melalui pemikiran rasional. Ia memperkenalkan konsep “kehendak untuk berkuasa” atau “will to power” sebagai kekuatan dasar manusia.
Menurutnya, manusia harus menerima kenyataan bahwa keberadaan mereka dalam dunia ini sangat terbatas dan tidak memiliki arti yang pasti, dan bahwa kebebasan dalam mencari arti hidup hanya dapat ditemukan melalui pengalaman individual.
Nietzsche menekankan bahwa manusia harus membebaskan diri mereka dari norma-norma dan nilai-nilai yang diberikan oleh masyarakat dan budaya mereka, dan memilih sendiri nilai-nilai yang dianggap penting bagi diri mereka sendiri.
Ia menekankan bahwa individu harus berani menghadapi kecemasan dan ketidakpastian dalam mencari arti hidup, dan memilih untuk hidup dengan cara yang memiliki makna bagi diri mereka sendiri.
Pemikiran Nietzsche tentang eksistensialisme sangat mempengaruhi perkembangan teori eksistensialisme pada abad ke-20, terutama dalam hal penekanan pada kebebasan individu dan pencarian arti hidup melalui pengalaman individual.
Konsep “kehendak untuk berkuasa” yang diperkenalkan oleh Nietzsche juga menjadi salah satu konsep yang penting dalam eksistensialisme.
Eksistensialisme Sartre.
Jean-Paul Sartre adalah seorang filsuf Prancis yang dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam eksistensialisme pada abad ke-20. Pemikirannya terkenal karena menekankan pentingnya kebebasan individu dan menolak ide determinisme. Sartre juga memperluas konsep eksistensialisme dengan memasukkan ide-ide tentang kesadaran dan kebebasan.
Eksistensialisme Sartre menekankan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan yang bebas dan terbuka, tetapi pada saat yang sama, manusia merasa terjebak dalam lingkungan dan keadaan yang sudah ada sebelumnya.
Menurutnya, manusia harus mengakui dan menerima keberadaannya sebagai makhluk bebas dan bertanggung jawab dalam menciptakan arti hidupnya sendiri.
Eksistensialisme Sartre menolak pandangan bahwa manusia memiliki takdir atau nasib yang sudah ditentukan sebelumnya, dan menekankan bahwa manusia bebas dalam memilih tindakan mereka.
Menurutnya, manusia harus memilih tindakan mereka dan bertanggung jawab atas konsekuensi dari pilihan-pilihan tersebut.
Sartre juga menekankan bahwa manusia adalah makhluk yang sadar dan memiliki kesadaran diri. Kesadaran manusia membuat mereka memahami keberadaan mereka sendiri, serta membuat mereka mempertanyakan arti hidup dan makna eksistensi.
Menurut Sartre, kebebasan dan kesadaran manusia adalah dua aspek penting dalam eksistensi manusia.
Pemikiran Sartre tentang eksistensialisme telah mempengaruhi banyak bidang, termasuk sastra, seni, dan psikologi.
Ia menuliskan banyak karya penting tentang eksistensialisme, termasuk “Being and Nothingness” dan “Existentialism is a Humanism”.
Dalam karya-karyanya tersebut, Sartre menekankan pentingnya kebebasan, kesadaran, dan tanggung jawab individu dalam menciptakan arti hidup mereka sendiri.
Eksistensialisme Kierkegaard.
Søren Kierkegaard adalah seorang filsuf Denmark yang dianggap sebagai salah satu pendiri eksistensialisme.
Pemikirannya sangat memengaruhi perkembangan eksistensialisme pada abad ke-20.
Kierkegaard menekankan pentingnya kebebasan individu dalam mencari arti hidupnya, serta menolak kesepakatan umum dalam keyakinan agama dan filsafat.
Dalam pemikirannya, Kierkegaard menekankan bahwa manusia hidup dalam ketidakpastian dan keterbatasan, dan bahwa keberadaan manusia di dunia ini tidak dapat dijelaskan dengan akal budi semata.
Kierkegaard menekankan bahwa manusia harus menemukan makna hidupnya sendiri melalui pengalaman individual dan kebebasannya dalam memilih.
Ia menolak pandangan bahwa nilai-nilai moral dan agama dapat ditemukan melalui pemikiran rasional atau logika.
Kierkegaard juga menekankan pentingnya keyakinan individu dalam mencapai makna hidup. Menurutnya, keyakinan tidak hanya berarti mempercayai suatu ide atau doktrin, tetapi juga memperjuangkan keyakinan tersebut secara aktif dan bertanggung jawab atas pilihan-pilihan hidup.
Kierkegaard menekankan bahwa keyakinan haruslah dilandaskan pada pengalaman individual dan bukan hanya sebagai hasil dari pengaruh luar.
Pemikiran Kierkegaard tentang eksistensialisme sangat mempengaruhi perkembangan teori eksistensialisme pada abad ke-20, terutama dalam hal penekanan pada kebebasan individu dan pencarian arti hidup melalui pengalaman individual.
Baca juga : Stoikisme adalah
Dan itulah kawan penjelasan mengenai Eksistensialisme adalah mempertanyakan tujuan dan alasan manusia hidup. Para eksistensialis menganggap jika pencarian arti hidup itu adalah tugas manusia sendiri bukan takdir ataupun kehendak Tuhan dan Eksistensialisme manusia adalah bebas untuk mencari makna hidupnya sendiri.
Semoga informasi ini bermanfaat untuk kamu. Sampai jumpa di postingan berikutnya hanya di ilmusaku.com