Folklor adalah – Ciri, Contoh dan 3 Bentuknya

Halo sobat kali ini kita akan membahas tentang Pengertian Folklor adalah berikut ciri, contoh dan 3 bentuknya. Bagaimana Folklor atau cerita rakyat dapat menjadi salah satu penunjang kebudayaan lokal suatu daerah.

Meski kadang Folklor lebih cenderung kepada cerita mistis, mitos dan legenda tapi cerita rakyat juga mencakup adat, tindakan untuk kepercayaan rakyat, bentuk dan ritual yang menjadi identitas sebuah daerah.

Cerita Rakyat juga dapat menjadi transmisi moral dari satu daerah ke daerah lain atau dari satu generasi ke generasi berikutnya. Nah, untuk mengetahui lebih banyak tentang folklor adalah dan Cerita Rakyat mari kita simak sama – sama.

Folklor adalah – Ciri, Contoh dan 3 Bentuknya
Folklor adalah
Okami Cerita Rakyat Jepang yang menjadi karakter Game

Pengertian Folklor atau Cerita Rakyat

Folklor adalah ekspresif dan informasi budaya yang dimiliki oleh sekelompok orang tertentu dan di turunkan secara turun-temurun. Menurut James Danandjaja, Folklor yaitu kebudayaan Indonesia yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun secara tradisional.

Berdasarkan arti etimologi,  folklore sendiri adalah resapan kata dari bahasa Inggris yang menggabungkan kata folk (Rakyat) dan lore (Cerita atau pengetahuan dan tradisi kelompok tertentu, yang disampaikan dari mulut ke mulut.). Jadi secara sederhana, Folklor adalah Cerita Rakyat.

Folklor merupakan salah bidang kajian dalam Ilmu Antropologi. Dengan kita meneliti folklor, kita dapat mengetahui kebudayaan suatu suku bangsa sebelum terpengaruh oleh kebudayaan asing, kepercayaan, pandangan hidup, adat istiadat, dan cara berpikir masyarakat masa lalu.

Folklor merupakan artifak kebudayaan lokal yang memiliki nilai luhur dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.

Baca juga : Pengertian Budaya adalah

Fungsi Folklor menurut Wiliam Bascom

  • Cerita rakyat memungkinkan orang-orang melarikan diri dari tekanan atau tindakan represif yang dipaksakan kepada mereka oleh pemerintah.
  • Cerita rakyat memvalidasi kebudayaan, ritual dan institusinya kepada dan mereka yang melakukannya.
  • Cerita rakyat adalah perangkat pedagogik yang memperkuat moral dan nilai-nilai dan membangun kecerdasan masyarakat.
  • Cerita rakyat adalah sarana untuk menerapkan tekanan sosial dan melakukan kontrol sosial.

Ciri – Ciri Folklor

folklor memiliki ciri-ciri khusus antara lain sebagai berikut:

  • bersifat lisan, dari mulut ke mulut.
  • bersifat tradisional,hingga masih sama seperti sedia kala.
  • memiliki versi yang berbeda-beda,
  • cenderung mempunyai bentuk berumus atau berpola,
  • Anonim hingga tidak diketahui penciptanya,
  • mempunyai fungsi dalam kehidupan kolektif yang memilikinya,
  • berifat pralogis,
  • menjadi hak milik bersama,
  • polos dan lugu.
  • berfungsi sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.

Baca juga : Hubungan AntarBudaya

3 Bentuk Folklor

Menurut James Danandjaya, (1984) Secara garis besar folklor dikelompokkan menjadi tiga antara lain sebagai berikut :

Folklor Lisan (Cerita Rakyat Lisan)

images 51 min
Sumber : okezone.fom

Folklor lisan disebut juga sebagai folklor fakta mental. Karena mengacu pada bentuknya yang hanya memiliki bentuk lisan dan kepercayaan secara mental.

Cerita rakyat lisan adalah cerita rakyat asli dan menjadi artifak kebudayaan yang didefinisikan oleh William Thoms sebagai tradisi budaya lisan yang lebih tua karena berasal dari penduduk pedesaan.

Contoh Folklor Lisan

Yang tergabung ke dalam folklor lisan antara lain sebagai berikut :

  • Bahasa rakyat seperti logat, julukan, gelar, bahasa rahasia, dan sebagainya.
  • Ungkapan tradisional seperti peribahasa, pepatah, dan sebagainya.
  • Pertanyaan tradisional seperti teka-teki, cangkriman, dan sebagainya.
  • Puisi rakyat seperti pantun, syair, bidal, pemeo, dan lain-lain.
  • Cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, dongeng, dan sebagainya.
  • Nyanyian rakyat

Folklor Sebagian Lisan.

images 52 min
Sumber : beritasatu.com

Folklor sebagian lisan adalah jenis cerita rakyat yang tidak hanya didukung oleh lisan, tetapi juga didukung dalam bentuk fisik. Folklor ini disebut juga sebagai folklor fakta sosial, karena menyimpan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat.

Contoh Folklor Setengah Lisan

Yang tergabung dalam folklor sebagian lisan antara lain sebagai berikut :

  • Kepercayaan atau takhayul
  • Permainan dan hiburan rakyat
  • Teater rakyat seperti wayang orang (Jawa Tengah), ludruk (Jawa Timur), lenong (Jakarta), dan lainnya.
  • Adat kebiasaan seperti khitanan, gotong royong, dan lain-lain.
  • Upacara-upacara yang dilaksanakan dalam siklus hidup manusia
  • Tari rakyat seperti Srimpi (Jawa Tengah), tari Tor-tor (Batak),
  • tari doger (Jakarta).
  • Pesta rakyat seperti selamatan bayi, 7 bulanan dan lainnya.

Folklor Bukan Lisan

Folklor Bukan Lisan adalah mencakup semua artefak yang dapat disentuh, dipegang, ditinggali, atau bahkan dapat dimakan.

Memiliki wujud dengan kehadiran fisik, baik dimaksudkan untuk penggunaan permanen atau untuk digunakan untuk selanjutnya.

Contoh Folklor Bukan Lisan

Folklor bukan lisan lain sebagai berikut :

  • Arsitektur seperti bentuk rumah adat dan lumbung padi
  • Hasil kerajinan seperti batik, patung, keris
  • Pakaian dan perhiasan adat
  • Obat-obatan tradisional seperti jamu tradisional
  • Makanan dan minuman tradisional seperti nasi Padang
  • Alat musik tradisional seperti angklung, gamelan
  • Peralatan dan senjata seperti alat-alat rumah tangga, senjata untuk berburu
  • Mainan seperti boneka, alat musik, dan lain-lain.

Contoh Folklor

“Nyi Pohaci”.

Dewi Pohaci
Dewi Pohaci atau Dewi Sri (sumber : jernih.co)

Jaman dahulu kala terlahir lah Nyi Pohaci dari sebutir telur yang berasal dari air mata Dewa Naga Anta. Dewa Naga Anta menangis karena dimarahi oleh Batara Narada.

Sesungguhnya Dewa Naga Anta hanya ingin membantu pembangunan istananya Dewa guru, namun karena Dewa Naga Anta tidak memiliki tangan, maka tidak dapat dilakukannya.

Tiga tetas air mata Naga Anta yang sakti itu menjelma menjadi tiga butir telur dan digigitnya perlahan untuk dibawa kepada Dewa Guru.

Dalam perjalanan, ia tidak menjawab sapaan Elang karena mulutnya penuh dengan telur. Karena tidak menjawab sapaan, Elang lalu menyambar Naga Anta sehingga dua telur yang dibawanya terjatuh ke bumi menjelma menjadi dua ekor babi hutan yang bernama Kakabuat dan Budug Basu.

Sebutir telur yang selamat akhirnya sampai ke hadapan Batara Guru. Lalu dia memberikan perintah kepada Naga Anta untuk mengerami telur tersebut.

Setelah menetas, muncullah seorang bayi cantik yang diberi nama Nyi Pohaci. Bayi yang cantik tersebut akhirnya disusui oleh Dewi Umah; istri Dewa Guru.

Setelah Nyi Pohaci beranjak dewasa, Dewa Guru berniat menyuntingnya. Namun, Nyi Pohaci jatuh sakit dan wafat. Nyi Pohaci dimakamkan di bumi. Dari makamnya muncul beraneka tanaman yang dibutuhkan masyarakat Sunda.

Kepala Nyi Pohaci menjelma menjadi pohon kelapa, mata kanannya menjadi padi putih, mata kiri menjadi padi merah, hatinya menjadi ketan, paha kanan menjadi bambu aur, paha kiri menjadi bambu tali, betisnya menjadi pohon enau, ususnya menjadi akar tunjang, dan rambutnya menjadi rerumputan. Sayangnya, Kalabuat dan Budug Basu sering merusak tanaman-tanaman tersebut.

Untuk menjaga tanaman-tanaman tersebut, Yang Maha Wenang menciptakan Jaka Sadana (Sulanjana), Sri Sadana, dan Rambut Sadana yang berasal dari tiga tetes air mata Yang Maha Wenang. Bahkan Dewa Guru menyuruh Batara Semar untuk menjaga tanaman tersebut, dari tanaman – tanaman itulah menjadi tatar Sunda dan Kerajaan Padjadjaran.

Baca juga contoh cerita rakyat yang lain disini.

Folklor mengandung nilai, petuah, nasihat,dan pelajaran yang bisa dijadikan cermin bagi orang yang membaca atau mendengarnya.

Dan itulah kawan Pembahasan materi tentang Cerita Rakyat atau Folklor adalah. Semoga informasi ini bermanfaat untuk kamu. Sampai jumpa di Pembahasan materi menarik lainnya.

Please follow and like us:
icon Follow en US
Pin Share
       
           

Penulis di ilmusaku.com dan juga seorang guru di sekolah menengah swasta di kota Bandung, yang mengajarkan pelajaran Seni, Sejarah Indonesia dan T.I.K