Dalam Sejarah Nusantara, Sumatera (Swarna Dwipa) adalah salah satu tempat yang menjadi pusat peradaban. Kebesaran Kedatuan Sriwijaya telah menjadi buah bibir dikalangan masyarakat sejak dulu kala, tapi tahukah kamu jika di Sumatera ada kerajaan yang lebih tua dari Sriwijaya ? Iya namanya Kerajaan Melayu Jambi yang sampai sekarang masih penuh dengan misteri.
Apa Kerajaan Melayu Jambi itu ?

Kerajaan Melayu atau dalam bahasa Cina ditulis Ma-La-Yu merupakan kerajaan Buddha Kuno yang berdiri di Swarna Dwipa (Sekarang Pulau Sumatera) pada abad 7 Masehi dan dianggap lebih tua daripada Kedatuan Sriwijaya.
Dilansir Sindonews.com, Kerajaan ini berdiri setelah tiga kerajaan kuno lainnya yang berada di Jambi yaitu kerajaan Koying (Abad-3), Tupo (Abad-3) dan Kantoli (Abad ke-5) lenyap tanpa meninggalkan jejak – jejak sejarah.
Kerajaan ini pernah menjadi pusat perdagangan di Semenanjung Malaya sebelum menjadi bagian kedatuan Sriwijaya pada tahun 682.
Kerajaan ini mengalami Padang surut dan beberapakali harus menjadi daerah jajahan kerajaan lain (Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Medang dan Majapahit) dan beberapa kali berganti pusat pemerintahan yaitu pada abad ke-7 yang berpusat di Minanga, pada abad ke-13 yang berpusat di Dharmasraya dan diawal abad ke 15 berpusat di Pagaruyung.
Meski begitu dalam sejarah Nusantara wilayah Minanga atau Minangkabau telah menjadi pusat tempat lahirnya banyak raja – raja di Nusantara dan sultan – sultan di semenanjung Malaya. Bahkan kata dan Nama Malayu sudah muncul di dalam peta buatan Sejarawan Yunani kuno, Ptolemy sejak tahun 100 Masehi, loh!
Meski Sebenarnya dilansir nationalgeograpic.grid.com, Kebanyakan berita tentang kerajaan Melayu Jambi lebih banyak datanh dari berita dari negeri Cina dan berita – berita dari luar negeri, karena belum banyak bukti – bukti sejarah yang di temukan di dalam negeri, tapi sampai sekarang bahasa Melayu masih digunakan di berbagai Negara mulai dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina hingga Thailand.
Apa Arti Kata Malayu ?
Sebenarnya asal usul kata Melayu (‘Melayu’) sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti. Tapi beberapa penelitian memiliki beberapa teori dan teori yang terkenal yaitu:
- Prof. Slamet Muljana berpendapat, istilah Malayu berasal dari kata Malaya (Sanskerta) yang bermakna “bukit”.
- Melayu berasal dari istilah bahasa Jawa yaitu Melayu atau Mlayu yang artinya berlari atau terus melaju yang diambil dari sungai Melayu di Sumatera.
- Teori lain beranggapan jika kata Melayu berasal dari bahasa Tamil yaitu Malai (Gunung) dan Ur (Kota), mengingat kuatnya pengaruh agama Hindu-Buddha di Sumatera saat itu.
- Lalu teori lain, yang berasal dari buku dan Peta buatan Ptolemy, berjudul Geographia yang menyebutkan kata Maleu-kolon atau Malayakolam atau Malaikurram (dari bahasa Sansekerta) merujuk pada Semenanjung Malaya.
- Tulisan ‘Malaiyur‘ Prasasti di Kuil Brihadeeswarar di India selatan, yang menyebutkan tentang kerajaan yang terlindung gunung di Sumatera yang jatuh dalam penjajahan kerajaan Chika, India.
- Berita dari dinasti Yuan (1271-1368) dan Dinasti Ming (1368-1644) yang menuliskan Ma-La-Yu, Mok-la-yu dan Ma-li-yu-er
Lokasi Kerajaan Melayu

Dari berita yang ditulis oleh I-tsing, letak kerajaan Melayu berada di tengah Kerajaan Sriwijaya dan Kedah dan banyak penelitian sepakat jika letak kerajaan Melayu berada di Sungai Batang Hari, Jambi.
Hal ini dikuatkan oleh tulisan di alas arca Amoghapasa yang ditemukan di Padangroco (1286) yang menyebutkan bahwa arca itu merupakan hadiah dari raja Kertanagara (Singhasari) kepada raja Melayu.
Perjuangan Melayu melawan Penjajahan.

Sejak Abad ke-7 Masehi, sejak Kedatuan Sriwijaya berdiri, Kerajaan Melayu berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Sampai akhirnya pada tahun 1025 M, terjadi serangan dari kerajaan Chola (India) ke Sriwijaya yang membuat Kedatuan Sriwijaya mengalami kemunduran dan banyak bangsawan Sriwijaya yang harus melarikan diri ke Batang Hari dan bergabung dengan kerajaan Melayu.
Lalu setengah abad kemudian tepatnya pada tahun 1088 M, Kerajaan Melayu yang menyerang kedatuan Sriwijaya yang sudah berada diambang kehancuran dan sejak saat itu kerajaan ini berganti nama menjadi Dharmasraya dan Rajanya yang terkenal Shri Tribhuana Raja Mauliwarmadhewa (1270-1297)
Sampai terjadi serangan dari pasukan Singhasari dibawah Kertanegara melalui ekspedisi Pamalayu I dan II yang membuat Kerajaan Melayu jatuh ke tangan Singhasari dan sebagai simbol penaklukannya itu Kertanegara mengirimkan ‘hadiah’ berupa arca Amogapacha dan sebagai gantinya Raja Dharmasraya mengirimkan dua putrinya (Dara Petak dan Dara Jingga) untuk diperistri oleh Kertanegara.
Tapi ketika Rombongan dari Melayu datang ke Jawa mereka baru mendapatkan kabar jika Singhasari sudah di taklukan oleh Jayakatwang dan Jayakatwang pun sudah di hancurkan oleh pasukan Gabungan dari Kubilai Khan dan Raden Wijaya. Akhirnya Putri Melayu bernama Dara Petak dinikahkan dengan Raden Wijaya hingga mempunyai seorang anak Bernama Jayanegara, Raja Majapahit sedangkan Dara Jingga menikahi Mahesa Anabrang yang melahirkan Adityawarman, Raja Melayu selanjutnya.
Pada tahun 1377, Adityawarman diutus oleh Majapahit (yang telah menghancurkan kembali kerajaan Sriwijaya yang mencoba bangkit) kembali ke Sumatera untuk memerintah Kerajaan Melayu dibawah kerajaan Majapahit, Adityawarman memindahkan pusat pemerintahan dari Jambi ke Pagaruyung, Minangkabau pada abad Ke-14.
Dan itulah kawan sedikit cerita tentang kerajaan Melayu Jambi, semoga bermanfaat dan menambahkan wawasan anda.
Sumber Referensi
- Slamet Muljana. (2006). Sriwijaya
- Sindonews.com
- Nationalgeograpic.grid.com
- Wikipedia.com