Legenda Gilgamesh, Pahlawan Bangsa Sumeria

Halo sobat kali ini kita akan membahas tentang Legenda Gilgamesh, seorang manusia Dua Per Tiga Dewa yang menjadi kisah legenda pahlawan di peradaban Mesopotamia.

Selain itu Gilgamesh menjadi salah satu tokoh utama dalam serial animasi populer buatan penerbit Jepang Type Moon yaitu Fate Series. Dimana dikisahkan Gilgamesh menjadi salah satu Pahlawan dari masa lalu yang dipanggil untuk bertarung memperebutkan Holy Grail.

Dalam anime Fate Series disebut jika Gilgamesh adalah Raja dari Bangsa Uruk (Uruk sendiri adalah salah satu kota kuno dalam peradaban kuno Sumeria yang berada di tepi sungai Euphrates) hingga wajar jika Epik Of Gilgamesh dianggap sebagai awal dari semua kisah pahlawan dan legenda yang ada di dunia.

Kisah Epik Of Gilgamesh ini direkam dalam Puisi di Tablet batu berbahasa Kuno Akkadia. Situs Tablet Batu ini adalah Niniwe, sebuah kota penting di Mesopotamia kuno di sisa-sisa perpustakaan terkenal, milik Ashurbanipal, seorang raja Kekaisaran Asyiria Atau Asyur.

Tapi bagaimana garis besar Petualangan dari Legenda Gilgamesh ini ? Mari kita simak yuk, cerita.

Legenda Gilgamesh, Raja yang Melawan Takdir

Legenda Gilgamesh
Sumber : http://agora.qc.ca/thematiques/mort/dossiers/gilgamesh_et_enkidu

Legenda Gilgamesh dimulai dengan pengenalan Gilgamesh, raja Bangsawan Uruk yang diberkati oleh para dewa dengan kekuatan, keberanian dan keindahan, dan raja terkuat dan terbesar yang pernah ada. Kota besar Uruk juga dipuji karena kejayaannya dan tembok batanya yang kuat.

Ibunya adalah seorang dewi dan ayahnya adalah seorang manusia. Dia memiliki tinggi tujuh belas kaki dan memiliki wajah dan perawakan perkasa seorang Raksasa. Tapi Gilgamesh bukanlah Raja yang baik.

Dia dikenal sering bermain wanita dan lebih mementingkan hobinya dalam kontes atletik dari pada memimpin negeri. Hingga para warga yang resah berdoa pada para dewa.

Sebagai tanggapan dari doa – doa mereka, ibu dewi, Aruru, mencubit sepotong tanah liat dan, dari situ, membentuk orang baru, Enkidu, untuk menjadi teman Gilgamesh dan mengalihkan perhatiannya darinya.

Baca juga : Pahlawan Super dari masa lalu.

ENKIDU, Sang Manusia Buas.

Enkidu
Enkidu di Serial Fate (Sumber : type-moon.fandom.com)

Pada awalnya, Enkidu terlihat seperti binatang. Tubuhnya ditumbuhi rambut. Dia berlari dengan rusa dan minum dengan mereka, merangkak, di lubang air. Tapi berbeda dengan hewan, Enkidu memiliki kecerdasan seperti manusia. Hingga dia bisa melepaskan Rusa yang tertangkap perangkap Manusia.

Perbuatan Enkidu itu membuat kesal para pemburu hingga mereka meminta bantuan pada Gilgamesh untuk menjebak Enkidu. Atas permintaan itu, Gilgamesh mengirimkan seorang pelacur kuil, Shamhat, untuk merayu dan menjinakkan Enkidu.

Setelah enam hari tujuh malam dengan pelacur itu, dia bukan lagi hanya binatang buas. Enkidu akhirnya belajar tentang Moral hingga dia tak lagi berkelakuan seperti binatang, tapi harga dari itu semua adalah dia ditinggalkan oleh hewan – hewan yang dulu adalah temannya. Akhirnya dia memilih untuk tinggal di Kota bersama si Pelacur.

Sementara itu, Gilgamesh memiliki beberapa mimpi aneh, yang dijelaskan oleh ibunya, Ninsun, sebagai indikasi bahwa akan datang seseorang yang hebat padanya.

Enkidu yang berubah menjadi beradab meninggalkan hutan belantara bersama pasangannya ke kota Uruk, di sana dia belajar untuk membantu para gembala dan pemburu lokal dalam pekerjaan mereka.

Disaat itulah Enkidu yang sudah ber”moral” murka mendengar perilaku buruk Gilgamesh bermain wanita dan bahkan meniduri wanita yang akan menikah, perlakuannya terhadap wanita dianggap Enkidu sebagai sebuah pencemaran nama baik ikatan suci. pernikahan.

Gilgamesh yang pergi sendirian ke pesta pernikahan untuk tidur dengan pengantin wanita, seperti kebiasaannya, merasakan egonya tertampar. Hingga terjadilah pertarungan dahsyat.

Enkidu dan Gilgamesh bertarung satu sama lain dan, setelah pertempuran hebat, Gilgamesh mulai dapat mengalahkan Enkidu, tetapi disaat dia akan menang dia berhenti dari pertarungan dan menyelamatkan nyawa Enkidu.

Dia juga mencoba memahami apa yang Enkidu coba katakan padanya, dan untuk mencoba untuk mempelajari kebajikan, belas kasihan dan kerendahan hati, bersama dengan keberanian dan kemuliaan.

Dari pertemuan dan pertempuran mereka berdua itu baik Gilgamesh dan Enkidu pun menjadi sahabat dan memiliki banyak pelajaran untuk dipelajari satu sama lain. Seiring waktu, mereka mulai melihat satu sama lain sebagai saudara dan menjadi tidak terpisahkan.

Bertahun-tahun kemudian, bosan dengan kehidupan damai di Uruk dan ingin membuat namanya abadi Gilgamesh mengusulkan untuk melakukan petualangan ke Hutan Cedar suci untuk menebang beberapa pohon besar dan membunuh penjaganya, iblis Humbaba.

Enkidu tentu saja tidak setuju, Humbaba bukanlah monster biasa. Dia seperti racun, atau mimpi buruk, apalagi hutan cedar adalah Hutan para dewa dan tidak boleh ada manusia yang memasukinya. Tapi tekad Gilgamesh terlalu kuat untuk dibantah.

Ibu Gilgamesh, Dewi Ninsun juga tak bisa melarang anaknya, tetapi akhirnya dia menyerah dan meminta doa kepada dewa matahari Shamash. Dia juga mengadopsi Enkidu sebagai putra keduanya.

Saat Gilgamesh dan Enkidu mendekati Hutan Cedar Suci, Iblis Humbaba mengejek mereka. dia memanggil Enkidu yang tidak berayah dan menyebut akan memasukan burung ke perut Gilgamesh.

Tapi serangan dua orang sekuat dewa dan juga bantuan angin yang dikirim oleh dewa matahari Shamash, Humbaba pun dapat dikalahkan.

iblis itu awalnya memohon pada Gilgamesh untuk hidupnya, dan Gilgamesh pun awalnya ingin mengasihani makhluk itu, tapi atas saran Enkidu iblis itu pun dibunuh. sebelum mati iblis itu memberikan kutukan kepada keduanya.

Setelah berhasil mengalahkan Iblis Humbaba, Gilgamesh dan Enkidu kembali ke Uruk membawa kayu pohon Cedar Suci. Enkidu menggunakannya untuk membuat pintu besar bagi para dewa, yang dia apungkan di sungai.

Beberapa waktu kemudian, dewi Ishtar ( Dewi Perang dan Anak dari Dewa Langit Anu) mendekati Gilgamesh. Tapi dia menolak sang Dewi, karena perlakuan buruk Sang Dewi pada kekasih lamanya.

Ishtar yang tersinggung meminta ayahnya mengirim “Banteng Surga” untuk membalas penolakan Gilgamesh. Dia bahkan mengancam sang ayah jika dia akan membangkitkan orang mati jika dia tidak di turuti.

Banteng Surga itu membawa kekeringan besar dan wabah ke Uruk, tetapi Gilgamesh dan Enkidu berhasil membunuh binatang itu dan menawarkan hatinya kepada Dewa Matahari Shamash dan melemparkan bagian belakang banteng itu ke muka Ishtar yang marah.

Kota Uruk pun merayakan kemenangan besar itu, tetapi malam harinya, Enkidu mengalami mimpi buruk di mana para dewa memutuskan untuk menghukum Enkidu atas pembunuhan Banteng Surga dan Humbaba.

Enkidu pun mengeluh pada Dewa atas semua yang telah dia lakukan, dia bahkan mengutuk telah tinggal di Uruk, bertemu dengan si pelacur, menyesali telah membunuh Humbaba juga Banteng Surga dan juga mengutuk telah membuat pintu dari pohon cedar.

Tapi saat itu terdengar Dewa Matahari Shamash berbicara dari surga dan menunjukkan betapa tidak adilnya Enkidu dan bagaimana Gilgamesh dapat berubah karena Enkidu. Saat itu Enkidu pun merasa tidak enak telah menyesali semua.

Namun demikian, kutukan itu terus berlanjut dan hari demi hari Enkidu menjadi semakin sakit. Hingga akhirnya Tiba Enkidu meninggal. Saat dia meninggal, dia menggambarkan keturunannya jatuh ke Dunia Bawah yang gelap dan mengerikan (“Rumah Debu/Neraka Versi Sumeria” ), di mana orang mati memakai bulu seperti burung dan makan tanah liat.

Gilgames yang hancur hatinya karena kematian Enkidu menawarkan hadiah kepada para dewa, dengan harapan dia dapat diizinkan untuk berjalan di samping sahabatnya itu di Dunia Bawah.

Dia memerintahkan orang-orang Uruk, dari petani terendah hingga pendeta kuil tertinggi, untuk juga meratapi Enkidu , dan memerintahkan pembangunan patung untuk mengenang sahabat itu.

Gilgamesh yang sangat berduka menolak untuk meninggalkan sisi sahabatnya atau membiarkan mayatnya dikubur, sampai enam hari tujuh malam setelah kematiannya ketika belatung mulai berjatuhan dari tubuhnya.

Gilgamesh Mencari Keabadian.

raja Gilgamesh min
Raja Gilgamesh di serial Fate (Sumber : reddit.com)

Gilgamesh bertekad untuk menghindari nasib seperti Sahabatnya memutuskan untuk melakukan perjalanan berbahaya untuk mengunjungi Utnapishtim dan istrinya.

Mereka adalah manusia yang selamat dari Peristiwa Banjir Besar dan yang diberikan keabadian oleh para dewa, dengan harapan menemukan rahasia keabadian.

Utnapishtim yang awet muda bersama istrinya tinggal di negara indah yang berada di dunia lain, Dilmun.

Untuk dapat menemui mereka Gilgamesh melakukan perjalanan jauh ke timur untuk mencari mereka, menyeberangi sungai besar dan lautan dan melewati gunung, dan bergulat dan membunuh singa gunung yang mengerikan, beruang dan hewan buas lainnya.

Akhirnya, dia sampai di puncak kembar Gunung Mashu di ujung bumi , dari mana matahari terbit dari dunia lain, yang gerbangnya dijaga oleh dua makhluk kalajengking yang mengerikan.

Mereka lalu mengizinkan Gilgamesh untuk melanjutkan perjalanan setelah dia berhasil meyakinkan mereka tentang keilahian dan Perjuangannya untuk sampai ke sana.

Dia lalu melakukan perjalanan yang cukup jauh dan selang selang beberapa lama akhirnya dia sampai di ujung terowongan dimana negeri ajaib, penuh dengan pepohonan dengan dedaunan permata, Dilmun berada.

Orang pertama yang bertemu Gilgamesh di sana adalah pembuat anggur Siduri, yang awalnya sangat yakin jika dia adalah seorang pembunuh dan pengemis dari penampilannya yang acak-acakan.

Tapi akhirnya dia mengirimnya ke Urshanabi, seorang tukang perahu dan harus membantunya menyeberangi laut ke pulau tempat tinggal Utnapishtim sambil menavigasi sungai kematian, yang jika kita menyentuh airnya sedikit saja berarti sebuah kematian.

Namun, ketika dia bertemu Urshanabi, dia melihat jika tukang perahu malang itu sedang dikelilingi oleh sekelompok raksasa batu yang mengerikan. Dengan segera patung – patung itu dihancurkan oleh Gilgamesh yang mengira jika mereka adalah musuh.

Tetapi ternyata Patung yang dihancurkan boleh Gilgamesh bukanlah patung batu biasa. Urshanabi menjelaskan bahwa mereka adalah batu-batu suci yang memungkinkan kapal feri menyeberangi Sungai Kematian dengan aman.

Sekarang satu – satunya cara agar mereka dapat menyeberang adalah dengan menebang 120 pohon dan membentuknya menjadi tiang punting. sehingga mereka dapat menyeberangi perairan dengan menggunakan tiang baru setiap kali dan dengan menggunakan pakaiannya sebagai layar.

Akhirnya, mereka mencapai pulau Dilmun dan, ketika kapal buatan mereka akan sampai ke daratan mereka di cegat oleh Utnapishtim yang bertanya tentang diri Gilgamesh.

tetapi Utnapishtim menegurnya karena dia tahu bahwa keinginan Gilgamesh adalah melawan nasib manusia. Dan itu merupakan sebuah Perjuangan sia-sia dan merusak kegembiraan dalam hidup.

Gilgamesh yang tersinggung menyebut tak ada bedanya dengan Utnapishtim yang abadi dan dia menuntut agar Utnapishtim menceritakan bagaimana dia bisa selamat dari banjir besar.

Utnapishtim lalu menceritakan bagaimana badai dan banjir besar dibawa ke dunia oleh dewa Enlil, yang ingin menghancurkan seluruh umat manusia karena kerusakan dan kehancuran yang mereka bawa ke dunia.

Tapi sebelum bencana besar itu terjadi, dewa Ea memperingatkan Utnapishtim dengan menyuruhnya untuk membangun sebuah kapal besar untuk memuat semua hartanya, keluarganya dan benih dari semua makhluk hidup yang ada di dunia. (Mirip cerita banjir besar Nabi Nuh)

Hujan datang silih berganti yang dijanjikan dan seluruh dunia tertutup air, membunuh segalanya kecuali Utnapishtim dan perahunya. Perahu itu berhenti di ujung gunung Nisir, di mana mereka menunggu air surut.

Lalu mereka melepaskan burung merpati, burung walet dan kemudian burung gagak untuk memeriksa dan mencari daratan yang kering.

Utnapishtim kemudian membuat pengorbanan dan persembahan kepada para dewa dan, meskipun Dewa Enlil marah karena ada orang selamat dari banjirnya, Dewa Ea menasihatinya untuk berdamai dengan manusia.

Jadi, Enlil yang bersedia memaafkan memberkati Utnapishtim dan istrinya dan memberi mereka keabadian.

Awalnya Utnapishtim enggan memberikan kesempatan pada Gilgamesh, tapi setelah melihat perjuangannya untuk sampai padanya dia akhirnya memberikan tantangan padanya untuk mendapatkan keabadian.

Pertama, dia menantang Gilgamesh untuk tetap terjaga selama enam hari tujuh malam , tapi Gilgamesh tertidur bahkan sebelum Utnapishtim selesai berbicara.

Ketika dia bangun setelah tujuh hari tidur, Utnapishtim mengolok-olok kegagalannya dan mengirimnya kembali ke Uruk, bersama dengan tukang perahu Urshanabi di pengasingan.

Namun, saat mereka akan dibawa ke Uruk, istri Utnapishtim meminta suaminya untuk mengasihani Gilgamesh karena perjalanan panjangnya, jadi dia memberi tahu Gilgamesh tentang tanaman yang tumbuh di dasar Danau yang akan membuatnya muda kembali.

Mendengar itu dengan semangat Gilgamesh berenang sampai ke dasar laut. Setelah perjuangan dia berhasil mendapatkan tanaman itu dengan mengikatkan batu di kakinya agar dia bisa berjalan di dasar.

Dia berencana menggunakan bunga itu untuk meremajakan orang-orang tua kota Uruk dan kemudian menggunakannya untuk dirinya sendiri. Sayangnya, dia meletakkan tanaman itu di tepi danau saat dia akan mandi, dan tanaman itu dicuri oleh seekor ular, yang lalu terlahir kembali.

Gilgamesh yang gagal akan pencarian untuk mendapatkan keabadian menangis karena gagal di kedua kesempatan keduanya itu, dan dia dengan enggan dan sedih harus kembali ke kota tombak besar miliknya, Uruk.

Gilgamesh pun akhirnya meninggal karena hari tua, ditangisi oleh seluruh warganya yang sangat mencintai dirinya. Kisah Raja setengah Dewa yang mencari keabadian pun berakhir.

Baca Juga : Dewa Mitologi Yunani.

Seperti banyak kisah legenda dan mitologi lainnya banyak Peneliti yang berdebat tentang keaslian dan keberadaan Raja Gilgamesh di saat Jaman Sumeria Kuno. Mengingat jika kisah ini berada di Tablet Batu di jaman yang lebih modern yaitu Asyiria.

Selain itu seperti sebuah buku Komik (seperti di lansir Newyorker.com) Tablet ke 12 dari Puisi tentang Gilgamesh dan Enkidu ini memiliki cerita “alternatif” dibanding tablet – tablet lainnya. Hingga banyak yang mengira jika cerita ke 12 di tambah jauh setelah kejatuhan bangsa Sumeria sendiri.

Versi dari legenda Gilgamesh yang asli dari jaman Sumeria kuno dari “Epos Gilgames” berasal dari Dinasti Ketiga Ur ( 2150 – 2000 SM ), dan ditulis dalam aksara paku Sumeria dan disebut sebagai catatan paling awal dari sejarah umat manusia.

Sedangkan Cerita yang ditulis menggunakan Aksara Akkadia berasal dari awal abad milenium ke-2. Yang terdiri dari dua belas (rusak) tablet yang ditulis oleh juru tulis Babilonia bernama Sin-liqe-unninni beberapa waktu antara 1300 dan 1000 SM.

Ditemukan pada tahun 1849 di perpustakaan raja Asyur abad ke-7 SM, Ashurbanipal, di Niniwe, ibu kota kerajaan Asyur kuno (sekarang Irak) dan sepertinya ditulis dalam bahasa Babilonia standar, dialek Akkadia yang digunakan untuk tujuan sastra.

Hingga wajar jika banyak yang menyebut jika Gilgamesh adalah tokoh Pahlawan Super Fiksi pertama yang dibuat dalam bentuk buku.

Baca juga : 7 Iblis Lambang Dosa Besar.

Dan itulah kawan Pembahasan materi kita tentang legenda Gilgamesh, Raja sepertiga manusia yang mencari keabadian. Sampai disini dulu perjumpaan kita. Sampai jumpa lain waktu.

Please follow and like us:
icon Follow en US
Pin Share
       
           

Penulis di ilmusaku.com dan juga seorang guru di sekolah menengah swasta di kota Bandung, yang mengajarkan pelajaran Seni, Sejarah Indonesia dan T.I.K