Legenda Kian Santang, Pangeran Pajajaran

Halo sobat, Kali ini kita akan membahas tentang kisah legenda Kian Santang, seorang Pangeran dari Pajajaran yang masuk Islam dan mencoba mengislamkan bapaknya, Prabu Siliwangi.

Kisah Prabu Kian Santang ini telah menjadi sebuah kisah yang diceritakan secara turun-temurun oleh orang – orang di tatar Sunda. Karena kisah ini menceritakan tokoh ( Karuhun) masyarakat Jawa Barat yaitu Raden Kian Santang, Prabu Siliwangi dan Tokoh Besar Islam, Khalifah Ali Bin Abu Thalib.

Untuk tahu lebih banyak tentang Kian Santang, mari kita simak sama – sama kisahnya.

Legenda Kian Santang, Pangean Pajajaran

Awal Mula Cerita

Legenda kian santang
Sumber : pinterest.com

Awal kisah, Di Kerajaan Sunda Galuh atau Pakuan Pajajaran, Prabu Sri Baduga Maharaja menikah dengan Nyai Subang Larang, dari pernikahannya itu dikaruniai tiga orang anak yaitu Pangeran Cakra Buana, Rara Santang (Ibu Sunan Gunung Jati) dan Raden Kian Santang.

Raden Kian Santang Menjadi Dalem Bogor

Petilasan Prabu Kian Santang
Sumber : laduni.id

Dikatakan Raden kian Santang tumbuh menjadi seorang yang tampan dan gagah berani. Hingga pada umur ke 22 dia sudah diangkat menjadi Pemimpin Bogor atau Dalem Bogor, bertepatan dengan diangkatnya pemimpin sebelumnya Raden Munding Kawati menjadi Panglima Perang Pajajaran. Peristiwa ini di tulis dalam Prasasti Batutulis Bogor.

Selain dia diangkat karena kemampuannya dalam memimpin, Raden Kian Santang juga terkenal karena kesaktiannya. Menurut legenda Kian Santang, Saking saktinya dia tak ada lagi orang di Jawa yang dapat menandingi kesaktiannya.

Hingga suatu ketika dia meminta ayahnya mencarikan untuknya seseorang yang dapat menjadi lawannya. Ayahnya Prabu Siliwangi setuju, dia pun memanggil seluruh ahli nujum (Dukun/Peramal) Istana untuk mencarikan orang paling sakti yang ada, tapi tak ada nama yang muncul dari pencarian mereka itu.

Baca juga : Kerajaan Sunda Galuh

Kian Santang Bertemu Sayyidina Ali

Meski gagal mencari orang yang mampu untuk melawan dirinya, Raden Kian Santang pun tidak menyerah dia berkeliling ke setiap sudut Tatar Pasundan, hingga akhirnya dia bertemu seorang Kakek misterius jika orang yang dia cari berada di Mekkah.

Mendengar hal itu Raden Kian Santang senang bukan kepalang dan langsung ingin mencari ke Mekkah.

Tapi si Kakek malah memberi dua syarat sebelum dia bertemu dengan Sayyidina Ali, yaitu syarat pertama yaitu melakukan mujasmedi (Semedi) di Ujung kulon dan Syarat kedua adalah mengganti namanya menjadi Galantrang Setra. Raden Kian Santang pun Setuju.

Setelah melaksanakan dua syarat tersebut, berangkatlah dia ke Tanah Suci Mekah. Menurut cerita dia berangkat ke sana dengan kesaktiannya hingga tak memerlukan waktu lama.

Setiba di sana, dia bertemu seseorang yang terlihat sangat bijaksana. Dia pun bertanya pada orang itu keberadaan Sayyidina Ali dan orang itu dengan senang hati akan mengantarkannya pada Sayyidina Ali, tapi dia tidak sadar jika orang yang dihadapinya itu adalah Sayyidina Ali.

Kian Santang Mengangkat Tongkat

Sebelum keduanya pergi menemui Sayyidina Ali, laki-laki itu menancapkan tongkatnya ke tanah, yang tak diketahui oleh Kian Santang.

Setelah berjalan beberapa puluh meter, lelaki itu meminta agar Kian Santang mau mengambilkan tongkatnya itu. Awalnya, kian Santang menolak tapi karena keinginannya yang kuat untuk bertemu Sayyidina Ali, dia pun bersedia melakukan perintah dari lelaki itu.

Tapi saat Kian Santang mencoba mencabut tongkat itu, dia menyadari jika tongkat itu tak bisa terangkat, meski dia sudah mengerahkan seluruh kesaktian dan kemampuan yang dia miliki.

Raden Kian Santang Pun Masuk Islam

Saat itulah dia menyerah dan bertanya pada orang dihadapan mantra apa yang membuat tongkat itu tidak dapat terangkat. Tapi orang itu berkata jika dia hanya berdoa pada ALLAH SWT. Saat itulah Kian Santang sadar jika orang dihadapannya adalah sosok Sayyidina Ali.

Dari kejadian itu Raden Kian Santang pun masuk Islam. Dan dia tinggal selama beberapa bulan untuk belajar ilmu agama. Setelah merasa cukup dia kembali ke Pajajaran di sana dia mencoba untuk menyebarkan ajaran Islam kepada Ayahnya, tapi di tolak.

Prabu Siliwangi merasa tak ingin meninggalkan agama yang sudah dianutnya sejak kecil. Merasa kecewa dia pun kembali ke Arab dan memperdalam ilmu agamanya selama 7 tahun hingga akhirnya dia kembali dengan tekat lebih kuat.

Baca juga : Kisah Putri Cadasari dan Ki Pande Gelang

Prabu Siliwangi Kabur ke Hutan

Prabu Siliwangi
Sumber : garutexpress.id

Setelah 7 tahun bermukim di Mekkah, Kian Santang pun kembali lagi ke Pajajaran untuk mencoba mengIslamkan ayahandanya lagi, tapi kali ini niatnya diketahui dan ayahnya yang tak mau bertarung dengan anaknya merubah keraton Pajajaran menjadi sebuah hutan belantara.

Melihat kondisi keraton yang berubah menjadi hutan membuat Raden kian Santang terkejut, dia pun mencari ayahnya ke arah hutan dan menemukan ayahnya bersama para pengawalnya berada di hutan.

Lalu dengan hormat Raden kian Santang mengajak ayahnya untuk kembali dengannya, karena hanya hewan yang tinggal di hutan sambil memintanya untuk memeluk Islam.

Tapi Prabu Siliwangi malah balik bertanya padanya, hewan apa yang tinggal di hutan. Raden kian Santang pun berkata ” Harimau” saat itulah Prabu Siliwangi dan pengikutnya berubah menjadi Harimau dan masuk ke dalam gua.

Baca juga : Legenda Tangkuban Parahu

Fakta dan Mitos Legenda Kian Santang.

  • Faktanya saat Kian Santang lahir Sayyidina Ali Bin Abi Thalib telah lama meninggal dunia 800 tahun sebelumnya.
  • Faktanya orang sunda pertama yang memeluk agama Islam adalah Pangeran Sancang (Pangeran Kerajaan Tarumanagara) dengan nama hampir sama.
  • Menurut legenda terdapat empat orang bangsawan Sunda Galuh lainnya yang mengikuti Raden Kian Santang untuk masuk Islam.

Dan itulah kawan Legenda Kian Santang, semoga menambah wawasan kamu tentang sejarah Nusantara. Sampai jumpa di materi menarik lainnya.

Sumber :

Please follow and like us:
icon Follow en US
Pin Share
       
           

Penulis di ilmusaku.com dan juga seorang guru di sekolah menengah swasta di kota Bandung, yang mengajarkan pelajaran Seni, Sejarah Indonesia dan T.I.K