Halo sobat, kali ini kita akan membahas tentang Kisah Legenda Panglima To Dilating, sebuah Cerita Rakyat asal Sulawesi. Yang Kisahnya telah menjadi cerita turun-temurun masyarakat Sulawesi.
Dari Cerita ini kita dapat belajar tentang semangat dan motivasi untuk belajar mencapai cita – cita. Nah daripada kita berlama-lama mari simak ceritanya berikut ini.
Legenda Panglima To Dilating – Cerita Rakyat Sulawesi
Awal Cerita Legenda Panglima To Dilating

Dahulu di sebuah bukit Napo di daerah Tammajarra, Puloweli Mandar berdiri sebuah Kerajaaan Balanipa yang dipimpin oleh seorang Raja bernama Balanipa. Raja Balanipa dikenal karena keinginannya untuk tetap memimpin kerajaan dengan cara apapun.
Bahkan dia tega memberikan perintah pada Panglima kepercayaan Puang Mosso untuk menghabisi anaknya sendiri jika terlahir laki – laki. Dia takut sang anak yang berada di dalam kandungan istrinya kini, akan menggantikan posisinya sebagai Raja.
Hingga Suatu Ketika Ketika Sang Raja akan berburu. Raja Balanipa berpesan pada panglima Puang Mosso, “Aku akan berburu beberapa hari. Jagalah istriku yang tengah hamil tua. Jika ia melahirkan sebelum aku kembali, kau tahu apa yang harus kau lakukan, bukan?” Puang Mosso pun mengangguk.
Sebelumnya, Sang Raja Balanipa telah membunuh dua anak laki-lakinya. Meski Puang Mosso tak tega melakukan sebuah kejahatan tercela ini, tapi ia tak berani melawan perintah Rajanya sendiri.
Bahkan istrinya sendiri, sang ratu tak dapat berbuat apa-apa. Hingga dia terlalu cemas dan takut jika dia akan melahirkan anak bayi laki-laki lagi, karena dia tak mau anaknya kembali dihabisi oleh suaminya sendiri.
Baca juga : Legenda Cinderalas.
Setelah Sang Raja pergi berburu, tiba saatnya bagi permaisuri untuk melahirkan. Dan sialnya, Bayinya adalah laki – laik. Seorang bayi yang tampan tapi memiliki Iidah berwarna hitam dan berbulu. Permaisuri dan Puang Musso tak tega jika harus membunuh bayi mungkin itu, akhirnya sepakat untuk berbohong pada sang Raja.
Akhirnya Puang Musso menitipkan bayi itu kepada keluarganya yang tinggal di tempat yang jauh dari istana tepatnya ke pulau Salerno. Kemudian ia menyembelih seekor kambing dan lalu ia buatkan kuburan di untuk kambing itu.
Beberapa minggu kemudian sang Raja Balanipa pulang ke istana dan langsung menemui Puang Mosso, “Bagimana keadaan istriku? Apakah anaknya laki – laki?” tanya sang Raja.
Puang Mosso menunjukkan kuburan itu pada raja. Melihat tanah kuburan yang masih baru, raja pun percaya bahwa Puang Mosso telah membunuh putranya.
Baca juga : Legenda Candi Prambanan
Waktu pun berlalu, Putra raja sekarang telah tumbuh besar menjadi pemuda tampan dan kekar. Ia tumbuh bersama Panglima Puang Mosso yang sering menyempatkan diri menemui Sang Pangeran. Dan tak lupa menceritakan tentang asal-usul sang Pangeran.
Suatu hari, Sang Pangeran merasa haus. Dia pun memanjat pohon Kelapa untuk mengambil kelapa dan meminum airnya. Tapi saat diatas dia bertemu dengan burung rajawali raksasa yang mencekam tubuhnya dan membawanya ke daerah Gowa.
Di Gowa sang Pangeran terjatuh di sebuah sawah dan ditemukan oleh seorang petani. Sang Petani yang ketakutan melaporkan hal ini kepada Raja Gowa yang bernama Tumaparissi Kalonna.
Raja pun menyuruh Petani membawa anak yang terjatuh di sawah itu ke istana. ketika sampai di istana Sang Raja sangat kagum melihat tubuh anak itu yang kekar dan kuat. Hingga ia tertarik menjadi panglima perang ia sebagai seorang Panglima yang gagah dan perkasa..
Pangeran Menjadi Panglima Panglima To Dilating
Beberapa tahun Sang Pangeran tumbuh menjadi panglima Kerajaan Gowa yang tangguh dan tak pernah kalah sehingga, Raja Gowa memberi gelar I Manyambungi, padanya.
Sementara itu, di Kerajaan Balanipa, kondisinya sangat memprihatinkan, Kerajaan itu sudah tak sesejahtera dulu, karena kematian Raja Balanipa yang haus kekuasaan. Kerajaan itu mulai hancur karena sang raja tidak memiliki keturunan.
Hingga kekuasaannya diambil alih oleh Raja yang bengis bernama Raja Lego. Yang terkenal kejam dan sadis kepada rakyatnya sendiri. Berita kekejamannya sampai ke telinga Raja Gowa melalui utusan kerajaan kecil milik kerajaan Balanipa.
“kami dengar, Kerajaan Gowa memiliki panglima perang yang hebat dan sakti,” kata utusan itu. ” kami ingin meminta tolong kepada panglima untuk menyelamatkan kerajaan Balanipa.”
I Manyambungi yang bersama Raja Gowa terkejut saat mendengar permintaan itu. Ia jadi teringat dengan ayahnya, Raja Balanipa dan keluarganya yang pernah diceritakan oleh Puang Mosso dahulu.
“Bagaimana kerajaan Raja Balanipa dan permaisurinya? Juga Keadaan Puong Mosso?”
” Raja dan Permaisuri telah wafat, sedangkan Puang Mosso melarikan diri sambil menyelamatkan keluarga istana.” Tapi Tuan Bagaimana bisa anda mengenal Puang Mosso?” tanya utusan dari kerajaan kecil itu.”
Kemudian Panglima I Manyambungi menceritakan I asal-usulnya yang merupakan anak dari Raja Balanipa. Dan utusan itupun langsung memberikan hormat padanya.
“Aku bersedia membantu kalian, bilang pada Puang Mosso Untuk datang menjemputku pulang,” pesan Panglima I Manyambungi.
Para utusan itu pun langsung menemui Puang Mosso. Mendengar laporan para utusan itu, Puang Mosso sedikit ragu, bagaimana mungkin panglima perang dari Gowa itu adalah pangeran yang lama hilang.
Tapi ketika dia bertemu sang Panglima I Manyambungi di Gowa, keraguannya itu pun hilang. saat dia melihat lidah hitam berbulu milik sang Panglima. “Anda Masih hidup Pangeran!” ucapnya sambil memeluk erat I Manyumbungi yang juga membalas pelukannya.
“Benar Puang Mosso, terima kasih telah menyelamatkan nyawaku dulu,” ucap panglima I Manyumbungi.
Kemudian saat tengah malam, Puang Masso dan Panglima I Manyambungi beserta beberapa pengikutnya meninggalkan istana Kerajaan Gowa menuju bukit Napo. Saat itu dia dikenal sebagai Panglima To Dilating.
Disamping itu, Perbuatan jahat Raja Lego pada rakyat semakin menjadi – jadi. Hingga ketika Panglima To Dilating meminta Rakyat untuk membantunya, mereka menyetujuinya dengan tanpa ada keraguan sedikitpun. Mereka pun berencana menyerang Istana Raja Lego.
Lalu di waktu yang sudah di tentukan, mereka berhasil masuk istana dan menyudutkan Raja Lego. Pertempuran sengit pun terjadi. Raja Lego yang yang dikenal sakti menghadapi Panglima To Dilating dengan seluruh kemampuannya. Keduanya sama-sama mengadu kesaktian.
Namun akhirnya Raja Lego akhirnya kalah juga dan mati di ujung tombak Panglima To Dilating. Seluruh warga menyambut kemenangan itu dengan sangat gembira.
Akhirnya Panglima To Dilating di angkat menjadi Raja di Bukit Napo, hingga akhir hayatnya.
Baca juga : legenda Pulau Batam.
Dan itulah kawan Cerita Legenda tentang panglima To Dilating. Semoga informasi ini bermanfaat untuk kamu. Dan menjadi sebuah pelajaran untuk kita semua.