Mengenal Sejarah Kesultanan Ternate – Kejayaan dan Raja Berkuasa

Halo semua, kali ini kita akan membahas tentang sejarah Kesultanan Ternate. Mulai dari awal berdirinya, raja yang berkuasa, masa kejayaan hingga kebudayaan yang masih bisa kita lihat sekarang.

Sejarah Kesultanan Ternate ini bermula dari kerajaan Gapi, kerajaan Maluku yang mempunyai pengaruh dalam perdagangan rempah-rempah di Nusantara.

Sebagai salah satu kerjaan Islam tertua di Nusantara, Sejarah Kerajaan Ternate sangat menarik untuk kita pelajari. Untuk mari kita simak bersama – sama materinya sobat.

Sejarah Kesultanan Ternate, dari awal, kejayaan hingga keruntuhannya.

Apa itu Kesultanan Ternate ?

Sejarah Kesultanan Ternate
Mesjid Sultan Ternate

Kesultanan Ternate atau dulu dikenal dengan nama Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan dianggap oleh peneliti sebagai salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara.

Sejak didirikan oleh Mamalo Coco atau dikenal dengan nama Baab Mashur Malamo pada tahun 1257, Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur wilayah Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-19.

Kesultanan Ternate Terkenal sebagai kerajaan pengekspor rempah – rempah dan pada masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga Kepulauan Marshall di laut Pasifik.

Baca juga : Kesultanan Samudera Pasai

Sejarah Kesultanan Ternate

Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga). Merekalah yang pertama–tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah–rempah.

Penduduk Ternate semakin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa. Hingga untuk melindungi dari serangan dari perompak dan pihak luar yang mencoba mengambil alih perdagangan diperlukan pimpinan yang kuat hingga Momole Ciko, terpilih menjadi Raja pertama dari Kerajaan Gapi dengan gelar Baab Mashur Malamo.

Dahulu pulau Ternate dikenal dengan nama pulau Gapi. Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam perkembangan menjadi pusat pemerintahan sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai Gam Lamo atau kampung besar (Sekarang Gamalama), hingga akhirnya Kerajaan Gapi mulai terkenal dengan nama Kerajaan Ternate.

Datangnya Islam Ke Ternate.

Kolono Marhum merupakan raja Ternate pertama yang memeluk agama Islam, setelah mendapatkan petunjuk dari ulama islam asal Minangkabau, Datu Maulana Husen, salah seorang murid dari Sunan Giri yang datang ke Ternate pada tahun 1465M.

Kolono Marhum juga mengajak seluruh kerabat dan saudaranya untuk memeluk agama Islam. Tapi anaknya Zainal Abidin lah, yang memulai meninggalkan gelar Kolono dan menggantinya dengan sebutan Sultan, menjadikan Islam agama resmi kerajaan dan syariat Islam diberlakukan, dan membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama.

Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri di pulau Jawa.

Langkahnya itu juga diikuti oleh ketiga kerajaan lain yang ada di kepulauan maluku.

Tapi ada sumber lain penyebaran Islam disana. menurut M. Shaleh Putuhena, dikutip dari Historia.com, pedagang Muslim dari Arab juga berperan dalam penyebaran Islam di Maluku seperti Syeikh Mansur, Syeikh Amin, dan Syeikh Umar.

Baca juga : 9 Wali Songo

Persekutuan Maluku atau Motir Verbond.

Perjanjian Moti
sumber : jalamalut.com

Sejak dulu hegemoni kekuasaan di kepulauan Maluku terbagi menjadi empat kekuatan besar. Diantaranya Kesultanan Tidore, Kesultanan Jailolo, Kesultanan Bacan dan Kesultanan Tidore sendiri, hingga perselisihan diantara empat kekuatan itu sering tak terelakkan. Hingga Sultan Ternate ke-7, Sida Arif Malamo mengundang ketiga penguasa lainnya untuk berdamai.

Sultan Sida Arif mengundang raja–raja Maluku yang lain untuk berdamai dan bermusyawarah membentuk persekutuan. Persekutuan ini kemudian dikenal sebagai Persekutuan Moti atau Motir Verbond

Datangnya Portugal dan Terjadinya Perang Saudara

Pada Pemerintahan Sultan Bayanullah, kerajaan Ternate berkembang menjadi Pemasok rempah-rempah dunia, hingga pada tahun 1506, Loedwijk de Bartomo (Ludovico Varthema) menjadi orang eropa pertama kali yang datang ke Ternate.

Tahun 1512 Portugal untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Ternate dibawah pimpinan Fransisco Serrao, atas persetujuan sultan, Portugal diizinkan mendirikan pos dagang di Ternate, tapi Portugal datang bukan hanya untuk berdagang melainkan untuk memonopoli perdagangan.

Tapi Sultan Bayanullah memiliki hubungan dekat dengan Portugal yang membuat banyak orang resah hingga beliau akhirnya beliaupun wafat.

Sultan Bayanullah wafat meninggalkan pewaris-pewaris yang masih sangat belia. Janda sultan, permaisuri Nukila dan Pangeran Taruwese, adik almarhum sultan bertindak sebagai wali.

Permaisuri Nukila yang asal Tidore bermaksud menyatukan Ternate dan Tidore dibawah satu mahkota yakni salah satu dari kedua puteranya, Pangeran Hidayat dan pangeran Abu Hayat, sedangkan Pangeran Taruwese menginginkan tahta untuk dirinya sendiri.

Portugal memanfaatkan kesempatan ini dan mengadu domba keduanya hingga pecah perang saudara. Kubu permaisuri Nukila didukung Tidore sedangkan pangeran Taruwese didukung Portugal.

Perang saudara pun terjadi dan Pangeran Taruwese yang dibantu Portugal memenangkan peperangan. Tapi Portugal malah berkhianat dan dibunuh oleh Portugal.

Bahkan penggantinya, Sultan Tabariji diasingkan ke Goa, India dan dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian agar Ternate berada dibawah jajahan Portugal. namun tentu saja perjanjian itu ditolak mentah-mentah oleh Sultan Khairun, penggantinya.

Baca juga : Kesultanan Demak

Perlawanan dan Pengusiran Portugal.

Sultan Baabullah
Sultan Baabullah

Perlakuan Portugal pada saudara – saudaranya, membuat Sultan Khairun geram dan bersumpah untuk mengusir Portugil dari Ternate, dengan membentuk aliansi bersama Kesultanan Aceh dan Kesultanan Demak mereka berencana untuk menghalau Portugal dari Nusantara juga dari Selat Malaka.

Sayang meski perlawanan mereka sengit, mereka belum berhasil menghalau kekuatan Portugal di Asia Tenggara, hingga akhirnya gubernur Portugal, Lopez de Mesquita mengundang Sultan Khairun ke meja perundingan dan dengan licik membunuh Sultan Khairun yang datang tanpa pengawalnya.

Pembunuhan Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk mengusir Portugal, dibawah Sultan Baabullah, rakyat Ternate bersatu untuk mengusir penjajah. Akhirnya setelah 5 tahun terjadi pertempuran sengit di bumi Maluku akhirnya Portugal meninggalkan Maluku untuk selamanya pada tahun 1575. dan dibawah Sultan Baabullah pula lah Ternate mencapai puncak kejayaannya.

Sultan Baabullah dijuluki penguasa 72 pulau sehingga menjadikan Kesultanan Ternate sebagai kerajaan Islam terbesar di Indonesia timur.

Datangnya VOC dan Jatuhnya Ternate.

Kapal perang VOC di Pelayaran Hongi
Kapal Perang VOC

Setelah menikmati masa jaya dibawah Sultan Baabullah, Ternate mengalami masa penurunan setelah Sultan Wafat. Selain Pada tahun 1580, Portugal yang sudah menyatu dengan Spanyol di Filipina ingin menguasai Ternate kembali dan mereka berhasil dengan menawan Sultan Said Barakati membuangnya ke Manila.

Kekalahan demi kekalahan yang diderita memaksa Ternate meminta bantuan Belanda pada tahun 1603 dan tentu saja itu tidak gratis.

Pada tanggal 26 Juni 1607 Sultan Ternate menandatangani kontrak monopoli VOC di Maluku sebagai imbalan bantuan Belanda melawan Spanyol. VOC pun membangun benteng Oranje di Ternate.

Semakin lama cengkeraman dan pengaruh Belanda pada Ternate semakin kuat. Belanda dengan leluasa mengeluarkan peraturan yang merugikan rakyat lewat perintah sultan.

Tentu saja pengaruh Belanda itu, mendapatkan perlawanan dari warga dan bangsawan yang menentang Penjajah.

Diantaranya adalah Pangeran Hidayat (15??-1624), raja muda Ambon yang mengabaikan perjanjian monopoli dagang Belanda dengan menjual rempah–rempah kepada pedagang Jawa dan Makassar. Yang tentu di berantas oleh VOC oleh Pelayaran Hongi.

Pelayaran Hongi dilaksanakan dengan menggunakan armada oleh Kapal Perang VOC untuk pemusnahan tanaman dan kebun-kebun cengkih dan pala illegal.

Sultan Sibori Amsterdam bahkan menyatakan perang kepada Belanda, tetapi kekuasaan Ternate telah sangat berkurang selama bertahun-tahun, ia kalah dan terpaksa menyerahkan lebih banyak kekuasaannya ke tangan Belanda.

Yang terakhir tahun 1914 Sultan Haji Muhammad Usman Syah menggerakkan perlawanan rakyat di wilayah–wilayah kekuasaannya namun gagal.

Sultan Haji Muhammad Usman Syah dicopot dari jabatan sultan dan seluruh hartanya disita, dia dibuang ke Bandung tahun 1915 dan meninggal disana tahun 1927.

Pasca penurunan Sultan Haji Muhammad Usman Syah jabatan sultan sempat lowong selama 14 tahun dan pemerintahan adat dijalankan oleh Jogugu serta dewan kesultanan. Bahkan pemerintah Hindia Belanda berencana untuk menghapuskan kesultanan, tapi niat itu enggan dilaksanakan mengingat gigihnya rakyat Ternate dan takut adanya pemberontakan.

Hingga akhirnya, meski sudah berusia 750 tahun, Sejarah Kesultanan Ternate masih bertahan sampai saat ini dan tetap di kenang oleh masyarakat kota Ternate.

Baca juga : Kesultanan Mataram

Raja – Raja Kesultanan Ternate

  • Baab Mashur Malamo 1257 – 1277
  • Jamin Qadrat 1277 – 1284
  • Komala Abu Said 1284 – 1298
  • Bakuku (Kalabata) 1298 – 1304
  • Ngara Malamo (Komala) 1304 – 1317
  • Patsaranga Malamo 1317 – 1322
  • Cili Aiya (Sidang Arif Malamo) 1322 – 1331
  • Panji Malamo 1331 – 1332
  • Syah Alam 1332 – 1343
  • Tulu Malamo 1343 – 1347
  • Kie Mabiji (Abu Hayat I) 1347 – 1350
  • Ngolo Macahaya 1350 – 1357
  • Momole 1357 – 1359
  • Gapi Malamo I 1359 – 1372
  • Gapi Baguna I 1372 – 1377
  • Komala Pulu 1377 – 1432
  • Marhum (Gapi Baguna II) 1432 – 1486
  • Zainal Abidin 1486 – 1500
  • Sultan Bayanullah 1500 – 1522
  • Hidayatullah 1522 – 1529
  • Abu Hayat II 1529 – 1533
  • Tabariji 1533 – 1534
  • Khairun Jamil 1535 – 1570
  • Babullah Datu Syah 1570 – 1583
  • Said Barakat Syah 1583 – 1606
  • Mudaffar Syah I 1607 – 1627
  • Hamzah 1627 – 1648
  • Mandarsyah 1648 – 1650 (masa pertama)
  • Manila 1650 – 1655
  • Mandarsyah 1655 – 1675 (masa kedua)
  • Sibori 1675 – 1689
  • Said Fatahullah 1689 – 1714
  • Amir Iskandar Zulkarnain Syaifuddin 1714 – 1751
  • Ayan Syah 1751 – 1754
  • Syah Mardan 1755 – 1763
  • Jalaluddin 1763 – 1774
  • Harunsyah 1774 – 1781
  • Achral 1781 – 1796
  • Muhammad Yasin 1796 – 1801
  • Muhammad Ali 1807 – 1821
  • Muhammad Sarmoli 1821 – 1823
  • Muhammad Zain 1823 – 1859
  • Muhammad Arsyad 1859 – 1876
  • Ayanhar 1879 – 1900
  • Muhammad Ilham (Kolano Ara Rimoi) 1900 – 1902
  • Haji Muhammad Usman Syah 1902 – 1915
  • Iskandar Muhammad Jabir Syah 1929 – 1975
  • Haji Mudaffar Syah (Mudaffar Syah II) 1975 – 2015
  • Sjarifuddin Syah (2015 – 2019)

Dan itulah kawan sejarah kesultanan Ternate, semoga dari informasi sejarah Kesultanan Ternate ini dapat memberikan pelajaran dan bermanfaat untuk kamu ya kawan. Sampai jumpa di materi menarik lainnya.

Please follow and like us:
icon Follow en US
Pin Share
       
           

Penulis di ilmusaku.com dan juga seorang guru di sekolah menengah swasta di kota Bandung, yang mengajarkan pelajaran Seni, Sejarah Indonesia dan T.I.K