Putmaraga Anak Durhaka – Hikayat Menarik Kalimantan

Halo sobat kali ini kita akan membahas tentang Cerita Putmaraga anak Durhaka, sebuah cerita yang berasal dari Pulau Kalimantan. Cerita ini memiliki kesamaan dengan cerita Rakyat lain yaitu Cerita Malin Kundang anak Durhaka dari Sumatera Barat.

Meski tidak sepopuler cerita Malin Kundang, Tapi Hikayat Putmaraga anak Durhaka ini tidak kalah menarik dan memiliki banyak sekali pesan moral yang dapat menjadi pelajaran bagi siapapun yang mendengarnya.

Tak usah kita berlama – lama lagi, mari kita simak ceritanya.

Putmaraga anak Durhaka – Cerita dari Kalimantan.

Putmaraga anak Durhaka
Desa Kalampaian (Sumber: klikkalimantan.com)

Cerita bermula di sebuah desa bernama desa Kalampaian di Kalimantan Selatan hiduplah sebuah keluarga miskin yang yang terdiri dari seorang ibu dan satu anaknya bernama Putmaraga.

Sepeninggal kepala keluarga, membuat kehidupan keluarga kecil ini berubah menjadi sangat sulit. Sering sekali Putmaraga dan ibunya merasakan kekurangan uang dan makanan.

Meski begitu Putmaraga adalah anak yang baik. Dia sering bekerja membantu ibunya. Selain itu dia memiliki dua ekor binatang kesayangan yang selalu dirawatnya yaitu ayam bekisar jantan dan ikan ruan.

Hingga tibalah suatu malam, ibu Putmaraga bermimpi didatangi seorang nenek renta yang menyuruhnya untuk menggali tanah dibelakang rumahnya.

” Galilah tanah diantara pohon Pisang itu.” Ucap si nenek di dalam mimpi.

Merasa jika itu adalah sebuah pertanda dari yang kuasa, Ibu Putmaraga keesokan harinya langsung mengerjakan perintah dari si Nenek renta dan tanpa mereka duga sebuah kejutan membahagiakan terjadi.

Baca juga : Malin Kundang anak Durhaka.

Putmaraga dan Ibunya Menemukan Guci.

images 35 min

Mereka menemukan sebuah guci yang terlihat berasal dari negeri Cina yang sangat besar. Dan guci besar itu berisi banyak sekali intan dan Permata yang jumlahnya dapat membuat siapa saja yang melihat langsung tercengang. 

Melihat isi dari Guci itu membuat Putmaraga memiliki sebuah ide. ” ibu, mari kita bawa guci ini kepada kepala desa untuk mendapatkan nasihat.” Ibunya pun setuju.

Mereka langsung membawa guci berisi intan dan permata itu pada kepala desa. Kepala desa yang terkenal bijaksana itu lalu memberikan nasihat untuk membawa guci itu pada Raja Medang Kawulan (Mataram Kuno) yang dikenal sangat kaya.

” Bawalah itu pada Raja, mungkin dia berminat untuk membeli guci itu dan semua isinya.” Katanya.

Dengan nasihat ibu dari Putmaraga memberikan Restu anaknya untuk pergi ke Jawa menuju kerajaan Medang Kawulan. Si ibu yang khawatir itu langsung berpesan agar anaknya itu senantiasa bersikap jujur dan tidak sombong.

” Cepatlah kembali nak, setelah engkau menjual guci itu.” Mendengar itu Putmaraga berjanji untuk menepati perintah dari ibunya dengan menumpang kapal pedagang, Berangkatlah dia ke Medang Kawulan.

Setelah menempuh lautan selama berminggu-minggu lamanya, Putmaraga pun akhirnya tiba di Medang Kawulan. Dia di sana langsung di perbolehkan menemui sang Raja dengan membawa guci beserta isinya.

Seperti kata Kepala Desa, Sang Raja sangat kaya. Dia pun tak segan mengeluarkan uang banyak untuk membeli Guci beserta isinya dengan harga yang pantas. Bahkan Raja menyarankan agar Putmaraga tetap tinggal di Medang Kawulan.

Putmaraga yang merasa telah memiliki uang banyak menerima saran sang Raja dan menetap di sana. Di Medang Kawulan, menggunakan uang dari Sang Raja, Putmaraga pun memutuskan untuk menjadi pedagang.

Ternyata Putmaraga memiliki bakat dalam berdagang. Dalam beberapa tahun saja, Usaha perdagangannya membuahkan hasil baginya. Hingga ia dikenal sebagai seorang saudagar terkaya di Medang Kawulan.

Keberhasilannya itu membuat Raja Medang Kawulan sangat terkesan dengan semangat dan usaha Putmaraga. Ia pun menikahkah salah satu putrinya dengan Putmaraga.

Pernikahan itu membuat Usaha dagang Putmaraga kian lama kian membesar.

Ketika menikah istri dari Putmaraga menanyakan tentang keluarganya. Dia pun memberitahu kepada sang putri jika dia masih memiliki seorang ibu yang tinggal di kampung.

Mendengar itu membuat hati sang putri senang. Dia ingin sekali bertemu ibu dari suaminya, hingga dia selalu meminta untuk bertemu, meski suaminya itu mencoba menghindarinya. Tapi setelah perjuangan panjang Putmaraga pun akhirnya setuju untuk menemui ibunya.

Ia segera memerintahkan kepada anak buahnya untuk menyiapkan kapal yang besar lagi mewah miliknya yang akan digunakannya untuk berlayar ke kampung halamannya.

Setelah berlayar beberapa waktu Iamanya, kapal besar lagi mewah milik Putmaraga itu akhirnya merapat di pelabuhan Banjar, kabar kedatangannya pun terdengar sampai ke ibunya. Hingga membuat wanita yang selalu menunggu anaknya itu menjadi gembira.

Dengan Sampan kecil si ibu segera mengayuhnya menuju tempat di mana kapal anaknya tengah merapat. Ibu Putmaraga lantas menyebutkan kepada penjaga kapal, “Saya ini ibu Putmaraga. Sampaikan kepada anakku, saya ingin bertemu dengannya.”

Ternyata dari geladak kapalnya, Putmaraga telah melihat kedatangan ibunya. Dia yang tengah berdiri dengan sang putri mendadak ia merasa malu hati mengakui jika perempuan tua berpakaian lusuh itu adalah ibunya.

Putmaraga menolak kedatangan ibunya dan bahkan memerintahkan penjaga kapal untuk mengusir ibunya.

“Usir perempuan tua buruk rupa itu dia bukan ibuku!” Umpatnya lagi. Kata – kaya itu membuat ibunya terperanjat tak percaya.

” Aku ibumu nak, ibu bahkan masih merawat hewan peliharaanmu.” Ucap si ibu dengan wajah memelas. Mendengar itu, bahkan istrinya pun merasa iba dan mencoba menyadarkannya, tapu Putmaraga tetap bersikukuh jika perempuan tua itu bukan ibunya.

Ibu Putiparaga bergegas pulang ke rumahnya. Ia mengambil ayam bekisar jantan dan ikan ruan yang dahulu dipelihara Putmaraga. ia pun menunjukkan kedua hewan itu.

“Tidak!” seru Putmaraga. “Engkau bukan ibuku!,” Katanya dengan sangat kasar.” Penjaga usir wanita kotor ini dari kapal.”

Karena jengkelnya, Putmaraga lantas melempari ibunya dengan kayu-kayu. Salah satu lemparan itu telak mengena ibunya hingga ibunya jatuh terpelanting. Dia lalu menyuruh kapal mewah miliknya untuk kembali ke Medang Kawulan.

Ibu Putmaraga yang kecewa kembali ke rumahnya sambil berurai Air mata. Dengan hati remuk redam, ia pun berdoa kepada Tuhan yang maha esa.

“Ya, Tuhan tolong sadarkan anakku.” pinta ibunya.

Dan sepertinya Tuhan langsung menerima doa si ibu. Hingga kapal besar tempat Putmaraga berlayar langsung di hantam badai. Melihat itu Putmaraga langsung teringat pada ibunya dan meminta maaf.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Kapal Putmaraga anak Durhaka terhantam oleh badai dan berubah menjadi batu.

Baca juga : kesultanan Banjar

Dan begitulah kawan, Cerita Rakyat Putmaraga anak Durhaka, semoga dari cerita ini kita dapat mengambil hikmah bahwa kita tidak boleh melupakan jasa orang tua kita dan menjadi seperti Putmaraga anak Durhaka ini.

Sampai jumpa lagi di Pembahasan materi menarik lainnya.

Please follow and like us:
icon Follow en US
Pin Share
       
           

Penulis di ilmusaku.com dan juga seorang guru di sekolah menengah swasta di kota Bandung, yang mengajarkan pelajaran Seni, Sejarah Indonesia dan T.I.K