Sarekat Islam – Organisasi Islam Terbesar pada Masanya

Halo sobat kali ini kita akan membahas tentang Sarekat Islam, perkumpulan yang awalnya menjadi sebuah wadah kumpulan pedagang – pedagang muslim di jaman Hindia Belanda menjadi sebuah perkumpulan yang memiliki impian kemerdekaan.

Setelah berakhirnya Budi Utomo dan Indische Partij Sarekat Islam (SI) menjadi salah satu organisasi awal yang menjadi sebuah rujukan dan inspirasi berbagai macam organisasi perjuangan lainnya.

Untuk mengetahui lebih banyak tentang SI mari kita simak materinya bersama – sama.

Sarekat Islam Adalah

Sarekat Islam
Sumber : wikimedia

Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan muslim (pedagang muslim) yang didirikan pada awal abad ke-20 selama era kolonial Belanda yang awalnya adalah perkumpulan pedagang muslim yang berubah menjadi organisasi sosial politik.

Baca juga : Budi Utomo adalah

Awal Terbentuk Sarekat Dagang Islam

Sarekat Dagang Islam

Pada mulanya SI lahir karena adanya dorongan dari R.M. Tirtoadisuryo seorang bangsawan, wartawan, dan pedagang dari Solo kepada H. Samanhudi. Pada Tahun 1909, ia mendirikan perkumpulan dagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI).

Haji Samanhudi sendiri adalah seorang pengusaha batik ternama di Solo.

Menurut Poesponegoro (2008) SDI awalnya bertujuan untuk memberikan bantuan pada para pedagang pribumi khususnya pengusaha batik solo agar dapat bersaing dengan para pedagang Etnis Tionghoa.

Saat itu perdagangan batik mulai dari bahan baku sampai bahan jadi dikuasai oleh pedagang Etnis Cina, sehingga pedagang batik pribumi merasa terdesak. Maka untuk mengalahkan dominasi pedagang Etnis Cina, Haji Samanhudi atas desakan R.M. Tirtoadisuryo mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) pada 1911 di Solo.

Tujuan utama SDI adalah melindungi kegiatan ekonomi pedagang Islam agar dapat terus bersaing dengan pengusaha Cina. Agama Islam menjadi faktor pengikat dan penyatu kekuatan para pedagang muslim yang merasa mendapat tekanan dan kurang diperhatikan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Pada tahun 1912, Komando pimpinan SDI dipegang oleh H.O.S Cokroaminoto. Cokroaminoto dikenal sebagai seorang orator dan politikus yang cakap dan bijak, kemampuannya berorator itu memikat banyak anggota untuk masuk ke SDI.

Di bawah kepemimpinannya diletakkan dasar-dasar baru yang bertujuan untuk memajukan semangat dagang bangsa Indonesia. SDI kemudian berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1913.

Pada kongres SI yang pertama, tanggal 26 Januari 1913, dalam pidatonya di Kebun Bintang Surabaya, ia menegaskan bahwa tujuan SI adalah menghidupkan jiwa dagang bangsa Indonesia, memperkuat ekonomi pribumi agar mampu bersaing dengan bangsa asing.

Mengingat perkembangan SI yang begitu pesat maka timbullah kekhawatiran dari pihak Gubernur Jenderal Indenberg sehingga permohonan SI sebagai organisasi nasional yang berbadan hukum ditolak dan hanya diperbolehkan berdiri secara lokal. Pada tahun 1914 telah berdiri 56 SI lokal yang diakui sebagai badan hukum.

Pada tahun 1915 berdirilah Central Sarekat Islam (CSI) yang berkedudukan di Surabaya. Tugasnya ialah membantu menuju kemajuan dan kerja sama antar SI lokal.

Pada tanggal 17–24 Juni 1916 diadakan Kongres SI Nasional Pertama di Bandung yang dihadiri oleh 80 SI lokal dengan anggota 360.000 orang anggota.

Dalam kongres tersebut telah disepakati istilah “nasional”, dimaksudkan bahwa SI menghendaki persatuan dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia menjadi satu bangsa.

Usaha SI bidang ekonomi bisa kita lihat melalui pendirian PT Setia Usaha, yang menerbitkan surat kabar “Utusan Hindia”, dan usaha penggilingan padi dan perbankan.

Usaha itu dimaksudkan untuk menjadi sebuah contoh bahwa bangsa Indonesia dapat membebaskan diri dari ketergantungan bangsa asing.

Dengan demikian, di samping tujuan ekonomi juga ditekankan adanya saling membantu di antara anggota. Itulah sebabnya dalam waktu singkat, SI berkembang menjadi anggota massa yang pertama di Indonesia.

SI merupakan gerakan nasionalis, demokratis dan ekonomis, serta berasaskan Islam dengan haluan kooperatif dan pada masanya menjadi organisasi Islam terbesar.

Sifat SI yang demokratis dan berani serta berjuang terhadap kapitalisme untuk kepentingan rakyat kecil sangat menarik perhatian kaum sosialis kiri yang tergabung dalam Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) dan menjadi awal perpecahan SI.

Tujuan Sarekat Islam

Berdasarkan Akte Notaris pada tanggal 10 September 1912, ditetapkan tujuan SI sebagai berikut:

  • memajukan usaha perdagangan;
  • membantu para anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha (Modal);
  • memajukan kepentingan rohani dan jasmani pribumi atau Bumi Putera;
  • memajukan kehidupan agama Islam rakyat.

Baca juga : Sejarah Indische Partij

Perpecahan SI menjadi dua.

images 53 min
sumber : redaksiIndonesia.com

Pada tahun 1914, beberapa anggota Sarekat Islam mendapatkan pengaruh ideologi haluan kiri dari tokoh Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) bernama Henk Sneevliet.

Sebut saja tokoh haluan kiri seperti Semaoen, Darsono, Alimin, dan Tan Malaka berusaha mengubah perjuangan Sarekat Islam ke arah yang lebih radikal sesuai dengan semangat sosialis dan komunisme.

Semaun yang bergabung pada tahun 1914 secara militan mengadvokasi ide-ide komunis dan mendorong pergantian SI menjadi berhaluan kiri bersaing pemimpin pusat SI seperti Cokroaminoto yang lebih moderat.

Hal ini juga dipengaruhi oleh peristiwa besar di luar Indonesia seperti Perang Dunia I (1914-1918) dan Revolusi Bolshevik (1917-1923).

Pada Mei 1918, pemerintah kolonial membentuk Dewan Rakyat ( Volksraad ) sebagai konsesi atas meningkatnya tuntutan demokratisasi. Beberapa pemimpin SI menjadi anggota dewan, termasuk Cokroaminoto dan KH Agus Salim (tokoh yang dikenal sebagai komitmennya terhadap Islam modernis dan pan-Islamisme)

Tapi setelah Kongres SI tahun 1918, pengaruh SI komunis seperti Semaun, Darsono Notosudirdjo , dan Alimin semakin kuat hingga mereka dapat menekan ketua Cokroaminoto yang masuk Volksraad. Hal itu diketahui oleh pemerintah kolonial yang langsung menekan Si yang dicap radikal.

Hingga Pada Mei 1919, pemerintah menuduh SI bertanggung jawab atas pembunuhan seorang pejabat Belanda di Tolitoli yang membuat anggota SI Abdul Muis di tahan.

Selain itu Cokroaminoto dan Sosrokardono pun di tangkap Pemerintah Kolonial selama 11 bulan. Hal ini membuat pengaruh Semaun dan pengikutnya terus meningkat di SI.

Pada kongres SI kelima tahun 1921, Semaun melancarkan kritik pedas pada kebijakan SI Pusat sehingga mulailah perpecahan.

Di satu pihak aliran yang diinginkan SI yang terpengaruhi oleh Semaun dan ISDV (yang berubah menjadi PKI) yang kemudian dikenal dengan Sarekat Islam Merah yang beraliran komunis. Di satu sisi Sariket islam Putih yang mendukung Pan-Islamisme dipimpin oleh KH Agus Salim.

Lalu Agus Salim dan Abdul Muis mendesak anggota yang memiliki keanggotaan PKI keluar dari SI dan dari situ Fraksi sayap kiri SI (Semaun, Darmaji, Tan Malaka) diusir keluar dari SI dan bergabung dengan PKI lalu mendirikan Serikat Rakyat.

Sedangkan SI putih berganti menjadi partai dan berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI) dengan Azas perjuangan non kooperasi pada pemerintah kolonial.

Kongres PSI tahun 1927 menegaskan azas perjuangan organisasi untuk mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam. Tapi masuknya PSI dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) merubah PSI menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).

Sayangnya Pada tahun 1930, keanggotaan partai berkurang menjadi sekitar 19.000 dan lalu Banyaknya anggota muda dalam PSII membawa perbedaan paham antara golongan muda dengan golongan tua. Pada 1932, hingga timbul perpecahan dalam tubuh organisasi itu.

Muncullah Partai Islam Indonesia (PARII) dibawah Dr. Sukiman yang berpusat di Yogyakarta. Agus Salim dan A.M. Sangaji mendirikan Barisan Penyedar yang berusaha menyadarkan diri sesuai dengan tuntutan zaman.

Persatuan dalam PSII tak dapat dipertahankan lagi, hingga membuat anggota lama seperti Sukiman kemudian memisahkan diri yang diikuti oleh Wiwoho, Kasman Singodimedjo dll.

Pada tahun 1940, Sekar Maji Kartosiwiryo mendirikan PSII tandingan. terhadap PSII yang dipimpin Abikusno Cokrosuyoso saudara dari Cokroaminoto. Akibat perpecahan itu PSII mengalami kemunduran. Sampai akhirnya pada 1940, Pemerintah Belanda melarang kegiatan PSII.

Tapi pada pendudukan Jepang pada tahun 1942, PSII dihidupkan lagi meski kembali dilarang oleh pemerintah Jepang. Hingga saat kemerdekaan akhirnya PSII kembali aktif dibawah Anwar Cokroaminoto dan Harsono Cokroaminoto.

Baca juga : Gubernur Jenderal VOC Belanda Pertama.

Dan itulah kawan Sejarah Sarekat Islam, Organisasi Islam Terbesar pada Masanya. Semoga informasi ini bermanfaat untuk kamu. Sampai jumpa di Pembahasan materi menarik lainnya.

Please follow and like us:
icon Follow en US
Pin Share
       
           

Penulis di ilmusaku.com dan juga seorang guru di sekolah menengah swasta di kota Bandung, yang mengajarkan pelajaran Seni, Sejarah Indonesia dan T.I.K