Sejarah Kesultanan Banten, Kisah Kejayaan dan Kejatuhannya.

Halo sobat, kali ini kami akan membahas tentang sejarah kesultanan Banten. mulai dari cerita berdirinya, cerita kejayaan, kemunduran hingga peninggalan – peninggalan bersejarah yang sampai sekarang masih bisa kita temui jika berkunjung ke Provinsi Banten.

Kisah tentang kerajaan Islam yang pernah memiliki peran penting dalam Indonesia. Jadi tak perlu berlama – lama. Mari kita simak secara bersama Sejarah Kesultanan Banten.

Sejarah Kesultanan Banten dan Kisah Berdirinya, Kejayaan hingga Peninggalannya

Fakta Kesultanan Banten

Sejarah Kesultanan Banten
Reruntuhan Keraton Surasowan (Sumber : detik.com)

Kesultanan Banten adalah Kerajaan islam kerajaan yang didirikan pada abad ke-16 dan berpusat di Banten, sebuah kota pelabuhan di pantai barat laut pulau Jawa dan Konon didirikan oleh Sunan Gunung Jati, setelah mendirikan Kesultanan Cirebon.

Dikutip dari detik.com, Kesultanan Banten di dirikan oleh Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah untuk melemahkan pengaruh Padjajaran di bagian barat Jawa, selain itu Banten didirikan untuk membantu Kesultanan Demak dan Cirebon untuk menguasai Sunda Kelapa dari tangan Kerajaan Sunda dan Portugis di tahun 1522 M.

Dulunya Kesultanan Banten merupakan pusat perdagangan terbesar di Asia Tenggara, dengan komoditas utamanya yaitu lada, kerajaan ini mencapai puncaknya pada akhir abad ke-16 dan pertengahan ke-17.

Pada akhir abad ke-17, Datangnya Kerajaan Belanda ke Batavia, dan akhirnya Kesultanan Banten dianeksasi oleh Hindia Belanda pada tahun 1813.

Lokasi Kesultanan Banten

Mesjid Banten
Sumber : republika.com

Wilayah inti dari Kesultanan Banten sekarang menjadi provinsi Banten. Dan bekas pusat kekuasaanya, Banten Lama dan Masjid Agung Banten menjadi tujuan penting bagi para wisatawan dan peziarah dari seluruh Indonesia dan bahkan dari luar negeri.

Sejarah Pembentukan Kesultanan Banten

Pada masa awal kedatangannya ke Cirebon, Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) bersama dengan Pangeran Cakrabuana pernah melakukan syiar Islam di wilayah Banten yang pada masa itu disebut sebagai Wahanten.

Wahanten, sendiri terletak sekitar sepuluh kilometer ke arah pedalaman dari pantai di Sungai Cibanten, di wilayah yang sekarang ditempati oleh pinggiran selatan kota Serang dan sekarang dikenal sebagai Banten Girang.

Sunan Gunung Jati sendiri adalah cucu dari Prabu Sri Baduga Maharaja, atau dikenal sebagai Prabu Siliwangi. Setelah dia menggantikan mertuanya Pangeran Cakrabuana, sebagai tumenggung di Cirebon. Gunung Jati menyatakan Kemerdekaan dari Kerajaan Sunda untuk mendirikan Kesultanan Cirebon.

Awalnya kemerdekaan Cirebon di terima oleh Pemimpin Kerajaan Sunda, Tapi mendengar terjadi persekutuan antara Kesultanan Banten dan Demak membuat Raja Sunda resah dan Tahun 1512, ia mengutus putra mahkota Surawisesa menghubungi Panglima Portugis Afonso de Albuquerque di Malaka hingga terjadi perjanjian antara Kerajaan Sunda dan Portugis.

Mendengar perjanjian antara Kerajaan Sunda dan Portugis membuat Sunan Gunung Jati mengirimkan surat pada Kesultanan Demak untuk mengirim pasukan Ke Sunda Kelapa.

Saat itu pusat penyebaran Islam di Jawa berada di kesultanan Demak. Hingga terjadilah Perang Demak-Cirebon dan Sunda-Portugis untuk memperebutkan Sunda Kelapa dan wilayah Banten.

Pasukan gabungan Cirebon dan Demak saat itu dipimpin oleh Maulana Hasanuddin anak dari Sunan Gunung Jati dan Fatahillah dari Persia.

Gempuran habis – habisan antara Gabungan Cirebon dan Demak membuat Kerajaan Sunda tak berdaya hingga terjadi perjanjian untuk menyerahkan kekuasaan Banten dan Sunda Kelapa pada Kesultanan Demak.

Sunan Gunung jati dan putranya menetap di Banten Girang, dan menguasai pelabuhan Banten dan Sunda Kelapa dan merubahnya menjadi Jayakarta.

Lalu mendirikan Kesultanan baru yang disebut Kesultanan Banten. Sunan Gunung Jati sendiri kembali ke Cirebon untuk melanjutkan Syiar Islam di sana.

Sedangkan anaknya Maulana Hasanuddin, diangkat menjadi Sultan Banten Pertama dan meski sempat menjadi bagian dari Kesultanan Demak.

Saat terjadi perebutan kekuasaan di Demak dan Sultan Hadiwijaya menjadi Sultan Demak, Maulana Hasanuddin menyatakan kemerdekaan Banten dari Demak.

Baca Juga : Kesultanan Cirebon.

Raja – Raja Berkuasa di Sejarah Kesultanan Banten.

Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa (sumber : biem.co)
  • Sultan Maulana Hasanuddin( 1552 – 1570 M), ketika terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak, daerah Banten berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Demak. Akhirnya, Banten kerajaan yang berdaulat dan lepas dari pengaruh Demak. Dia menjabat selama 18 tahun.
  • Sultan Maulana Yusuf (1570-1580 M) Dia berhasil menaklukan Kerajaan Sunda di Pakuan Pajajaran, beberapa rakyat Pajajaran menolak bergabung dan berlarian melarikan diri, diantaranya menjadi Suku Baduy di Lebak, Banten.
  • Sultan Maulana muhammad (1580-1596) Karena dianggap terlalu muda, kekuasaannya dibantu oleh Mengkubumi Jayanegara, hingga akhirnya Sultan Maulana Muhammad dewasa. Beliau tewas saat mencoba menaklukan Kerajaan Palembang.
  • Pangeran Ratu (Abdul Mufakhir), ( 1596-1651 ). sama seperti pendahulunya Pangeran Ratu diangkat menjadi Sultan saat masih berusia muda, hingga pemerintahan di pegang oleh Mangkubumi Ranamanggala, Saat Pangeran Ratu Berkuasa, untuk Pertama kalinya Belanda di bawah Cornelis De Houtman datang ke Nusantara.
  • Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad (1647 – 1651) tidak banyak yang diketahui tentang beliau selain beliau digantika. Oleh Sultan Ageng Tirtayasa.
  • Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682), Pada beliau menjabat Kesultanan Banten mengalami puncak kejayaannya, bersama putranya Sultan Haji. Tapi sayang kejayaan itu ternodai oleh Kekuasaan Belanda di Batavia. Saat beliau akan menaklukan Batavia ternyata Sultan Haji bersekutu dengan Belanda, hingga terjadi perang saudara hingga Sultan Ageng Tirtayasa di tangkap di Batavia.
  • Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar 1683 – 1687
  • Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya 1687 – 1690
  • Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin 1690 – 1733
  • Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin 1733 – 1747
  • Ratu Syarifah Fatimah 1747 – 1750
  • Sultan Arif Zainul Asyiqin al-Qadiri 1753 – 1773
  • Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin 1773 – 1799
  • Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin 1799 – 1803
  • Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin 1803 – 1808
  • Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin 1809 – 1813

Baca Juga : Kesultanan Melayu Jambi

Masa Kejayaan Sejarah Kesultanan Banten

Pada 1550-an Banten mengalami masa kejayaan yang pertama. Perdagangan mengalami pertumbuhan yang signifikan karena perdagangan yang berkembang pesat dengan Malaka Portugis.

Perkembangan ekonomi yang pesat menyebabkan peningkatan populasi perkotaan. Pembangunan pertanian utama untuk memastikan produksi pangan diluncurkan, dengan membangun saluran irigasi, bendungan dan persawahan.

Pada Masa Maulana Yusuf terjadi pembangunan Masjid Agung Banten dan juga pada masa pemerintahannya, Sultan Maulana Yusuf berhasil mengalahkan Kerajaan Sunda/Pajajaran.

Batu keramat ( watu gigilang ) yang menjadi tahta kedaulatan kerajaan Sunda dibawa pergi dan diletakkan di persimpangan jalan di alun-alun kerajaan Banten, menandai berakhirnya Kerajaan Sunda.

Perebutan Perdagangan dengan Belanda

27 Juni 1596, saat Pangeran Ratu Berkuasa, Kapal dagang Belanda singgah di pelabuhan Banten di bawah Cornelis De Houtman dan kembali dengan tidak hormat dengan membawa sedikit keuntungan.

Pada tahun 1600 Belanda mendirikan Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC dengan tujuan untuk memotong perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa dan menguasai dan Memonopoli Perdagangan.

Berbeda dengan Portugis yang menjalin hubungan dekat dengan kerajaan di Asia tenggara VOC datang untuk menguasai perdagangan. Hingga terjadi peperangan di pelabuhan Banten pada 1601 antara VOC dan Portugis. Yang dimenangkan oleh VOC.

Hingga VOC mendirikan perusahaan dagangannya di Jayakarta (dulu Sunda Kelapa). Inggris bersama EIC tak ingin kalah dibawah James Lancaster juga mendirikan perusahaan dagangannya di Jayakarta.

Di Banten sendri terjadi pergolakan, karena Umur raja saat itu yang masih sangat muda. Hingga akhirnya Mangkubumi Ranamanggala mengambil alih pemerintahan hingga sang Raja Dewasa.

Kejayaan Sultan Ageng Tirtayasa

Sejarah kesultanan Banten, berkembang pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dengan Memonopoli Perdagangan perdagangan lada di Lampung (berada dibawah kekuasaan Banten) menempatkan penguasa Banten sekaligus sebagai pedagang perantara.

Selain itu, Pelabuhan Jayakarta atau Sunda Kelapa menjafi Pelabuhan Internasional dan Nasional yang menghubungkan para pedagang dari manca negara dan Nusantara.

Bahkan dilansir Historia, Pemerintahan Banten di bawah Sultan Ageng Tirtayasa melakukan perbaikan besar – besaran infrastruktur sistem perairan dan pertanian, dengan membuat bendungan besar di Sungai Ciujung dan Sungai Pontang juga membuat terusan di Tirtayasa, dekat Tanara dan Anyer.

Selain itu untuk mengamankan jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura (Kalimantan Barat sekarang) dan menaklukkannya tahun 1661

Baca Juga : Kerajaan Samudera Pasai

Jatuhnya Kekuasaan Banten

Pada 1619, Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jendral VOC berhasil menguasai Jayakarta dari tangan Kesultanan Banten dan mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia.

Jatuhnya Batavia tentu membuat Sultan Ageng Tirtayasa berang hingga beliau melakukan serangkaian serangan untuk menaklukkan Batavia meski usahanya gagal.

Hingga membuat Coen memberlakukan blokade ke pelabuhan Banten, yang tidak terputus selama sekitar 15 tahun dan juga memonopoli perdagangan rempah-rempah di teluk Banten.

Selain itu sebuah ekspedisi datang dari Mataram. Kesultanan Mataram di bawah Sultan Agung yang berhasil menguasai Priangan (bekas Pajajaran) dari tangan Banten. Menjelang akhir tahun 1620-an Kesultanan Mataram berkembang menjadi kekuatan dominan di Jawa.

Kesultanan Mataram yang kuat ingin merebut Batavia dari tangan Belanda dan mencoba menyerang beberapa kali tapi gagal hingga mencoba bergabung dengan kesultanan Banten untuk melakukan serangan besar – besaran.

Tapi takut jika Kesultanan Mataram setelah menguasai Batavia akan menyerang Banten, Sultan Ageng Tirtayasa menolak Ajakan dari Sultan Agung Mataram itu. Hingga akhirnya serangan itu gagal dan membuat Kesultanan Mataram mundur.

Pada 1682 sendiri terjadi konflik internal di tubuh kesultanan Banten. Yang terjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Putranya Sultan Haji, yang ternyata bersekongkol dengan VOC. yang akhirnya memberi peluang bagi Batavia untuk menguasai Banten.

Pada tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda Batavia dan akhirnya wafat pada 1692. Posisinya langsung digantikan putranya Sultan Haji yang dibantu oleh VOC.

Kehancuran Kesultanan Banten, sesungguhnya terjadi pada tahun 1808. Setelah kebangkrutan VOC, Hindia-Belanda dibawah Daendels memerintahkan Kesultanan Banten yang saat itu dipimpin oleh Sultan Aliyudin II untuk memindahkan ibukotanya ke Anyer.

Tapi Sultan Aliyudin menolak hingga terjadi peristiwa penghancuran Keraton Surosowan oleh pasukan Hindia Belanda di bawah Daendels. Sultan bersama keluarganya ditangkap di Puri Intan dan ditahan sebagai tawanan di Benteng Speelwijk, dan kemudian diasingkan di Ambon.

Dan tepat pada tahun 1803 Daendels mengumumkan jika Kesultanan Banten diambil oleh pemerintah Hindia Belanda yang menandakan jatuhnya Kesultanan Banten.

Dan itulah kawan sejarah kesultanan Banten, semoga dengan mempelajari Sejarah Kesultanan Banten ini, kamu dapat mengambil hikmah dan pelajaran tentang sejarah bangsa.

Sampai jumpa di Materi berikutnya.

Please follow and like us:
icon Follow en US
Pin Share
       
           

Penulis di ilmusaku.com dan juga seorang guru di sekolah menengah swasta di kota Bandung, yang mengajarkan pelajaran Seni, Sejarah Indonesia dan T.I.K