Halo sobat, kali ini kita akan membahas tentang sejarah VOC di Indonesia, juga membahas bagaimana VOC Berdiri dan mengeruk kekayaan dan keuntungan di Indonesia hingga menjadi salah perusahaan terkaya sepanjang masa menurut dutchreview.com.
Sejak kedatangan (dan diusirnya oleh Kesultanan Banten) Cornelius de Houtman, pada 1595. Ketertarikan Bangsa Belanda pada perdagangan rempah-rempah di Nusantara tak pernah surut.
Hingga ekspedisi kedua yang dilakukan oleh Penjelajah Belanda bernama van Heemskerck di terima dengan baik oleh penduduk lokal dan sejak itu itu bersamaan dengan dibentuknya kongsi dagang VOC, Belanda berhasil memonopoli perdagangan di Nusantara.
Tapi, apa sih VOC itu, bagaimana sebuah perusahaan dapat menguasai suatu negara ? Untuk mengetahui lebih lanjut tentang sejarah VOC di Indonesia mari kita simak materinya sama – sama.
Sejarah VOC di Indonesia – Perusahaan Terkaya di Dunia
Apa itu VOC ?

VOC ( Vereenigde Oost Indische Compagnie ) merupakan Kongsi dagang (persatuan pedagang) yang didirikan oleh Pemerintah Belanda untuk menguasai perdagangan internasional dan bersaing dengan Kongsi dagang asal Inggris bernama East India Company (EIC) yang saat itu menguasai dan memonopoli perdagangan di India.
Baca juga : Fakta Kesultanan Banjar
Sejarah Berdirinya VOC

Seperti yang kita tahu, jika Nusantara adalah surga bagi Perdagangan Rempah-rempah. Hingga wajar jika banyak sekali orang – orang Eropa yang datang ke Indonesia untuk mencari rempah – rempah.
Untuk meraup keuntungan yang besar para negara di Eropa saling bersaing satu sama lain untuk menguasai perdagangan, bahkan persaingan ini terjadi di internal negara mereka sendiri.
Hingga untuk mengurangi persaingan dagang antar sesama pedagang, banyak negara Eropa membuat sebuah kongsi dagang di masing – masing negara tersebut.
Salah satu yang paling kuat diantaranya adalah perusahaan Inggris, EIC (East India Company) yang dibentuk pada tahun 1600 dan berkantor di Kalkutta, India.
Melihat kesuksesan Inggris di Asia, dan kencangnya persaingan di negri sendiri, membuat pemerintah Belanda mendirikan sebuah Kongsi dagang yang lebih besar yang akhirnya terealisasi pada 20 Maret 1602. VOC secara resmi didirikan di Amsterdam.
Kongsi dagang Belanda ini diberi nama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) atau kita mengenalnya dengan sebutan “Kumpeni” atau “Perserikatan Maskapai Perdagangan Hindia Timur/Kongsi Dagang india Timur”.
VOC lalu disepakati dipimpin oleh dewan yang beranggotakan 17 orang perwakilan, sehingga disebut “Dewan Tujuh Belas” (de Heeren XVII).
Mereka terdiri dari delapan perwakilan kota – kota pelabuhan dagang di Belanda. Lalu mereka sepakat jika Markas Besar ke delapan dewan itu berada di Amsterdam.
Sejak awal tahun 1600-an, VOC telah menerbitkan obligasi dan saham secara luas kepada masyarakat umum dan beberapa persen sahamnya dimiliki oleh orang dari negara lain seperti Jerman, Belgia dan Luxembourg.
Hingga bisa dibilang jika VOC adalah salah satu Perusahaan Kapitalis Trans-nasional ( dan mungkin Multinasional) pertama yang pernah dibuat.
Baca juga : Fakta Kerajaan Banten
Tujuan di Bentuknya VOC
- Menghindari persaingan yang tidak sehat antara sesama kelompok/kongsi pedagang Belanda yang sudah ada sebelumnya.
- Memperkuat kedudukan Belanda dalam menghadapi persaingan dengan para pedagang negara lain.
Hak Oktroi dan Hak kedaulatan (Soevereiniteit) VOC.
Untuk menjalankan tugasnya, Pemerintahan Kerajaan Belanda memberikan VOC beberapa kewenangan dan hak-hak yang disebut hak “Oktroi”, hak ini isinya antara lain:
- Hak melakukan monopoli perdagangan di wilayah antara Tanjung Harapan sampai Kepulauan Nusantara,
- Hak membentuk angkatan perang sendiri,
- Hak melakukan peperangan,
- Hak mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat,
- Hak mencetak dan mengeluarkan mata uang sendiri,
- Hak mengangkat pegawai sendiri, dan memerintah di negeri jajahan.
Dari hak – hak yang dimiliki oleh VOC diatas bisa kita simpulkan jika dahulu pengaruh VOC sangatlah kuat hingga bisa dianggap sebagai sebuah pemerintahan negara dalam negara.
Awal Sejarah VOC di Indonesia
Untuk dapat menjalankan kongsi dagang VOC, Dewa. 13 akan mengirimkan perwakilannya ke daerah yang akan dijadikan target jajahan, perwakilan itu disebut juga sebagai Gubernur Jenderal VOC.
Gubernur Jenderal VOC pertama yang ditunjuk untuk datang ke Indonesia adalah Pieter Both (1610-1614) yang pada saat itu datang ke Nusantara tepatnya di pelabuhan Sunda Kelapa, Jayakarta (Sekarang Jakarta) yang dipimpin boleh Pangeran Wijayakrama dari Kasultanan Banten.
Saat itu Sunda kelapa, adalah pusat perdagangan Internasional yang sangat ramai yang dipenuhi oleh pedagang dari berbagai pelosok dan negara termasuk saat itu VOC di bawah Pieter Both.
Saat itu Pieter Both berhasil mendapatkan sebuah perjanjian untuk membeli 50×50 vadem ( satu vadem sama dengan 182 cm) yang berlokasi di sebelah timur Muara Ciliwung. tempat ini menjadi awal sejarah masuknya VOC ke Indonesia.
VOC menguasai Jayakarta, Jayakarta menjadi Batavia

Sebelum dikuasai oleh Kesultanan Banten, bandar atau Pelabuhan ini dikenal sebagai Kalapa atau Sunda Kelapa, dan merupakan salah satu titik perdagangan yang dimiliki oleh Kerajaan Pajajaran.
Bersama dengan Sekutu mereka Kerajaan Portugis, Pajajaran menjadi penguasa utama di Jawa Barat, hingga serangan gabungan Kesultanan Cirebon dan Demak pada 1526 yang dipimpin oleh Fatahilah membuat pelabuhan Sunda kelapa jatuh ke tangan Kesultanan Banten dan diubah namanya menjadi Jayakarta (kota kemenangan).
Pada tahun 1611, Gubernur Jenderal Peter Both berhasil mendapatkan ijin untuk membangun satu rumah kayu dengan fondasi batu di Jayakarta, sebagai kantor dagang VOC.
Selain itu, Pieter Both juga berhasil mengadakan perjanjian dan menanamkan pengaruhnya di Kepulauan Maluku dan berhasil mendirikan pos perdagangan di kota Ambon.
Pada tahun 1614 Pieter Both digantikan oleh Gubernur Jenderal Gerard Reynst (1614-1615). Baru berjalan satu tahun ia digantikan gubernur jenderal yang baru yakni Laurens Reael (1615-1619).
Pada masa jabatan Laurens Reael ini ia berhasil dibangun Gedung Mauritius yang berlokasi di tepi Sungai Ciliwung.
Tapi setelah itu pengaruh VOC yang sangat besar di Selat Sunda dan hubungan mereka dengan Kesultanan Mataram membuat geram Sultan Banten, saat itu Sultan Abdul Mufakar hingga dengan bantuan Tentara Inggris berhasil mengusir VOC dari Jayakarta.
Ketika posisi Belanda akan menyerah kalah oleh Inggris pada tahun 1619, Pasukan Banten yang tak ingin Jayakarta jatuh ke tangan Inggris balik menyerang Inggris hingga berhasil mengusir Inggris juga dari Jayakarta.
Tahun 1619 Gubernur Jenderal VOC Laurens Reael digantikan oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen (J.P. Coen). J.P. Coen dikenal gubernur jenderal yang berani dan kejam serta ambisius.
Oleh karena itu, merasa bangsanya dipermalukan pasukan Banten dan Inggris di Jayakarta, maka J.P. Coen mempersiapkan pasukan untuk menyerang Jayakarta. Armada angkatan laut dengan 18 kapal perangnya berhasil mengepung Jayakarta.
Hingga akhirnya Pasukan Kesultanan Banten harus menyerah kalah, dan Jayakarta pun dibumihanguskan oleh VOC dan di atas puing – puing itu VOC mendirikan kota Batavia pada tahun 30 Mei 1619.
J.P. Coen inilah yang menjadi peletak dasar monopoli dan Penjajahan di Nusantara, salah satunya dengan cara ekploitasi kekayaan alam kita. Cara-cara VOC untuk meningkatkan eksploitasi kekayaan alam dilakukan antara lain :
- Merebut pasaran produksi pertanian, biasanya dengan memaksakan monopoli.
- Tidak ikut aktif secara langsung dalam kegiatan produksi hasil pertanian. tetapi VOC dapat memperoleh hasil-hasil pertanian itu dengan mudah, melalui paksaan.
- VOC menduduki tempat-tempat yang strategis.
- VOC ikut campur terhadap kerajaan-kerajaan di Nusantara, terutama menyangkut usaha pengumpulan hasil bumi dan pelaksanaan monopoli.
- Lembaga – lembaga pemerintahan tradisional/kerajaan dipengaruhi/dapat diperalat, jika menolak akan diperangi.
- Melakukan Pelayaran Hongi dengan Hak Ekstripasi.
Pelayaran Hongi
Pelayaran Hongi atau Hongitochten adalah bentuk pengawasan yang dilakukan oleh VOC pada jalur Perdagangan yang bertujuan menjaga monopoli rempah-rempah termasuk Hak Ekstirpasi, yaitu hak memusnahkan Pohon Pala atau Cengkih, agar mengekalkan monopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.
Dalam rangka mengatasi masalah penyeludupan di pelayaran Hongi, VOC melaksanakan pembuangan, pengusiran bahkan pembantaian seluruh penduduk Pulau Banda.
Baca juga : Fakta Kesultanan Ternate
Setelah berhasil membangun Batavia dan meletakkan dasar-dasar penjajahan di Nusantara, pada tahun 1623 J.P. Coen kembali ke negari Belanda. Ia menyerahkan kekuasaannya kepada Pieter de Carpentier.
Tapi karena di nilai buruk, tahun 1627 J.P. Coen tiba di Batavia dan diangkat kembali sebagai Gubernur Jenderal untuk kedua kalinya. Pada masa jabatan yang kedua inilah terjadi serangan tentara Mataram di bawah Sultan Agung terhadap Batavia yang membuat J.P Coen meninggal dunia sumber disini.
Perlawanan Terhadap VOC.

Selama mencoba menguasai dan memonopoli perdagangan di Nusantara tak jarang VOC mendapatkan pertentangan dan perlawanan dari Pemerintah yang berdaulat seperti berikut ini :
- Serangan Kesultanan Banten dan Inggris Pada VOC (1618)
- Penyerbuan di Batavia oleh Mataram Islam oleh Sultan Agung ( 1628 dan 1629)
- Perlawanan Rakyat Maluku terhadap VOC dipimpin oleh Kapten Hitu (1635)
- Perlawanan Rakyat Ambon dipimpin oleh Saidi (1650)
- Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1656)
- Sultan Hasanuddin dari Kesultanan Gowa dipaksa menandatangani kontrak Bongaya, akan tetapi Hasanuddin kembali mengobarkan perlawanan (1660)
- Perlawanan Terhadap VOC oleh Sultan Nuku dari Tidore (1797)
- Perlawanan Trunojoyo terhadap Amangkurat I yang berkomplot dengan VOC (1674-1680)
- Terjadi penangkapan dan pembantaian terhadap orang Tionghoa, tidak kurang 1.000 orang dikarenakan VOC takut pengaruh Orang Tionghoa di Batavia. Orang Tionghoa melaksanakan pemberontakan dan penyerbuan pos penjagaan bagi membebaskan bangsanya yang ditahan (1740)
- Pos VOC di Rembang dihancurkan oleh orang-orang Tionghoa yang membantai seluruh personel VOC (1741)
- Pakubuwana II mengirimkan pasukan artileri ke Semarang untuk melawan VOC (1741)
- VOC menandatangani Kontrak Giyanti (1755)
- Perlawanan Untung Suropati (1868 )
Gubernur Jenderal VOC di Indonesia
- Pieter Both (1610-1614)
- Gerard Reynst (1614-1615)
- Laurens Reael (1615-1619)
- Jan Pieterszoon Coen (1619-1623)
- Pieter de Carpentier (1623-1627)
- Jan Pieterszoon Coen (1627 – 1629)
- Jacques Specx (1629-1632)
- Hendrik Brouwer (1632-1636)
- Antonio van Diemen (1636-1645)
- Cornelis van der Lijn (1646-1650)
- Carel Reyniersz (1651-1653)
- Joa Maetsuycker (1653-1678)
- Rijcklof van Goens (1678-1681)
- Cornelis Speelman (1681-1684)
- Johannes Camphuys (1684-1691)
- Williem van Outhoorn (1691-1704)
- Joan van Hoorn (1704-1709)
- Abraham Van Riebeeck (1709-1713)
- Christoffel van Swol (1713-1718)
- Hendrick Zwaardecroon (1718-1725)
- Mattheus de Haan (1725-1729)
- Diedrick Durven (1729-1732)
- Dirk van Cloon (1732-1735)
- Abraham Patras (1735-1737)
- Adriaan Valckenier (1737-1741)
- Johannes Tendens (1741-1743)
- Gustaaf Willem baron van Imhoff (1743-1750)
- Jacob Mossel (1750-1761)
- Petrus Albert van der Parra (1761-1775)
- Jeremias van Riemsdijk (1775-1777)
- Reinier de Klerk (1777-1780)
- Willem Arnold Alting (1780-1797)
- Pieter Gerardus van Overstraten (1797-1799)
Alasan Bangkrutnya VOC
Pada abad ke-17 hingga awal abad ke-18, VOC mengalami puncak kejayaan. Penguasa dan kerajaan-kerajaan lokal berhasil diungguli. Kerajaan-kerajaan itu sudah menjadi bawahan dan pelayan kepentingan VOC.
Jalur perdagangan yang dikendalikan VOC menyebar luas membentang dari Amsterdam, Tanjung Harapan, India sampai Irian/Papua.
Namun Perusahaan yang Terkaya di masa itu, menyimpan bobrok yang sudah sekarat dan menjadi alasan bangkrutnya VOC. Semakin luas daerahnya, pengawasan juga semakin sulit. Hingga banyak pengeluaran untuk melawan perlawanan, pemberontakan dan adanya Korupsi di dalam tubuh VOC.
Pada tahun 1749 terjadi perubahan yang mendasar dalam lembaga kepengurusan VOC. Pada tanggal 27 Maret 1749, Parlemen Belanda mengeluarkan UU yang menetapkan bahwa Raja Willem IV sebagai penguasa tertinggi VOC. Hingga perusahaan itu sekarang di bawah pemerintah.
VOC sebagai kongsi dagang swasta keuntunganya semakin merosot. Bahkan tercatat pada tahun 1673 VOC tidak mampu membayar dividen pada pemegang sahamnya.
Kas VOC juga merosot tajam karena serangkaian perang yang telah dilakukan VOC dan beban hutang pun tidak terelakkan ditambah dengan di kasus Korupsi di tubuh VOC di bawah Gubernur Jenderal Van Hoorn.
Selain itu Faktor Alasan Bangkrutnya VOC adalah :
- Pemimpin Kerajaan Belanda, Willem V, digulingkan oleh Perancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte.
- Korupsi yang mencapai tingkat parah dan akut, dari pegawai rendah sampai ke pejabat tinggi.
- Tingka-laku para pegawai atau pejabat VOC yang justru saling menjatuhkan.
- Maraknya praktek penyelundupan atau perdagangan ilegal yang tersebar dan semakin meluas.
- Beban utang untuk biaya perang di berbagai wilayah yang semakin besar.
- Anggaran untuk mengoperasikan kegiatan, termasuk membayar pegawai, sangat tinggi.
- Pendapatan yang semakin menipis, terlebih setelah hak istimewa dicabut.
- Persaingan sengit dengan CDI atau Compagnie des Indes (Perancis) dan EIC atau East India Companny (Inggris).
Baca juga : Fakta Kesultanan Gowa
Dan itulah kawan Pembahasan materi mengenai Sejarah VOC di Indonesia dan juga Alasan Bangkrutnya VOC, semoga bermanfaat dan menambah wawasan dan pengetahuan kamu.
Sampai jumpa di pembahasan menarik lainnya hanya di sini.
Sumber :
- “Dutch East India Company.” Britannica.com
- Sardiman AM, dan Amurwani Dwi Lestariningsih, 2014. Sejarah Indonesia kelas XI, Kurikulum I. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.